"Latihan ini rutin sesuai dengan rencana tahunan militer," kata Kementerian Pertahanan Tiongkok dilansir dari laman Aljazeera, Senin, 15 Juli 2019.
Pemerintah setempat mengatakan latihan ini akan dilakukan hingga beberapa hari ke depan.
Pada Jumat pekan lalu, pemerintah Tiongkok mengatakan akan menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam kesepakatan menjual tank, rudal, dan peralatan senilai US$2,2 miliar (atau setara Rp30,7 triliun) ke Taiwan. Langkah ini dianggap merusak kedaulatan Tiongkok dan keamanan nasional.
Sanksi ini muncul saat Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi New York. Kunjungan tersebut membuat Beijing marah.
Sebelum berangkat ke AS, Tsai mengatakan pulau itu menghadapi ancaman dari 'pasukan luar negeri'. Pernyataan Tsai merujuk kepada Tiongkok.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Kepresidenan Taiwan mengatakan Tsai telah menelepon Ketua Parlemen AS, Nancy Pelosi. Dia menuturkan Taipei dan Washington menjalin hubungan yang lebih dekat.
Dia juga berterima kasih kepada AS atas kepentingan mereka bagi keamanan Selat Taiwan dan penjualan senjata yang baru-baru ini diumumkan.
Presiden Taiwan berulang kali memperingatkan ancaman dari tetangganya. Dia berjanji untuk membela keamanan, demokrasi dan cara hidup masyarakat Taiwan.
Tiongkok mengeklaim Taiwan bagian dari negaranya. Namun, Taiwan tak mau lagi berada di bawah Tiongkok, dan mendirikan negara demokratis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Negeri Tirai Bambu terus meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan. Termasuk menerbangkan jet dan mengirim kapal perang ke sekitar perairan tersebut, yang disebut Taiwan sebagai 'pengepungan pulau'.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
