Kelompok ini terdiri dari kelompok amal, kelompok bantuan, pekerja dan thinktanks serta kelompok masyarakat.
Kelompok-kelompok tersebut mencatat banyak krisis kemanusiaan di kamp-kamp penampungan tersebut. Mereka juga menuntut pemerintah Australia segera mengambil tindakan.
"Dengan kesepakatan bersama AS yang penuh keraguan, solusi yang paling jelas dan manusiawi adalah menutup dua kamp tersebut dan membawa pengungsi ke Australia dalam jangka panjang," tulis kelompok-kelompok tersebut dalam sebuah surat.
Dilansir Guardian, Jumat (3/2/2017), Presiden Dewan Pengungsi Australia, Phil Glendenning melihat bahwa pemerintahan Donald Trump mengenai kesepakatan pengungsi ini sangat tidak pasti.
"Ini sangat bahaya untuk para pengungsi. Australia harus mengakhiri ketidakpastian pengungsi di Nauru dan Manus," ungkapnya.
Dikatakan pula, fokus pemerintah Australia harusnya menentukan pilihan pada negara ketiga yang layak untuk menerima pengungsi. Namun, upaya tersebut belum menghasilkan seseuatu yang berhasil.
Mereka menganggap para pengungsi pantas untuk tinggal di Australia maupun negara ketiga. "Sudah waktunya berhenti menelantarkan mereka. Sudah waktunya membawa mereka ke sini (Australia)," lanjutnya.
Fakta bahwa ada orang-orang yang mencari suaka dan pengungsi yang telah ditampung di Nauru dan Manus akhirnya akan menjadi penyalahgunaan.
"Ada banyak keraguan dalam kesepakatan dengan AS. Bahkan, AS tidak tahu apa yang harus mereka lakukan," tegasnya lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
