Dengan emosi menggebu, Malala menyampaikan pidato di televisi dari rumah Perdana Menteri di Islamabad. Sembari menyeka air mata, perempuan 20 tahun itu berbicara mengenai keindahan Lembah Swat, wilayah asalnya.
"Selalu hal ini menjadi impian saya, bahwa saya harus kembali ke Pakistan dan ke sana (Lembah Swat), dalam damai dan tanpa rasa takut. Saya boleh berjalan, bertemu orang-orang dan berbicara dengan mereka," katanya dengan mata berkaca-kaca.
"Saya pikir, itu adalah rumah lama saya. Hal ini benar terjadi, saya bersyukur, untuk kalian semua," imbuh dia, seperti dilansir dari laman AFP, Kamis 29 Maret 2018.
Malala tiba tanpa memberitahu orangtuanya. Dia mendarat dengan pengamanan ketat pada Rabu malam.
Warga Pakistan, terutama yang berada di Lembah Swat mengirim pesan selamat datang untuknya lewat media sosial. Mereka mengatakan senang melihatnya kembali.
"Saya tidak membayangkan dia akan datang kembali. Dia mengalahkan kekuatan gelap dan kami senang melihatnya kembali," ucap Rida Siyal, salah satu teman baik Malala sebelum insiden penembakan Taliban terjadi.
Malala telah menjadi simbol global untuk hak asasi manusia usai insiden pria bersenjata menaiki bus sekolah di Lembah Swat pada Oktober 2012. Pria itu menanyakan Malala dan menembaknya.
Gadis ini dirawat karena luka-luka yang dideritanya di Birmingham, Inggris. Dia juga menyelesaikan sekolahnya di sana.
Malala meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 2014 karena menjadi advokator vokal untuk pendidikan anak perempuan seluruh dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
