“Konsep ini memang dibuat oleh Tiongkok namun bukan berarti semua digerakkan oleh mereka. Indonesia sebagai negara yang potensial harus memainkan peran sentral dalam menggerakkan proyek ini,” kata Jennifer Huang, seorang akademisi dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat, di Jakarta, Kamis 26 September 2019.
Selain Indonesia, ucap dia, ASEAN juga diharapkan dapat memainkan peran di proyek tersebut. Menurut Huang, ASEAN memiliki catatan yang baik dalam menjaga perdamaian.
“ASEAN memiliki catatan yang sangat baik dalam menjaga perdamaian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi selama 30-40 tahun terakhir. Saya pikir ini akan menjadi contoh yang baik bagi dunia. ASEAN bisa menjadi koalisi baik untuk Tiongkok,” ungkap Huang.
Menurut Huang, Belt and Road Initiative adalah peluang yang belum ada sebelumnya di dunia. Beruntungnya, jalur proyek ini lebih banyak melewati kawasan Asia, terutama Asia Pasifik.
“Jadi Asia jelas merupakan wilayah yang sangat penting dan dapat memberi manfaat paling besar jika proyek ini berhasil,” ujar dia.
Belt and Road Initiative merupakan proyek infrastruktur terbesar di dunia. Konsep ini melibatkan sekitar 200 negara serta pendanaan dan komitmen politik dari Beijing.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia kini tengah membangun konektifitas dengan negara lain. Konektivitas ini difokuskan demi kemajuan perekonomian.
Proyek Belt and Road Initiative dipastikan dapat dinikmati masyarakat secara luas. Pemerintah juga menargetkan kemajuan ekonomi di Indonesia akan lebih pesat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
