"Saya tidak pernah khawatir atau terobsesi dengan opini poling atapun popularitas. Saya melihat pemimpin yang dikenal lemah," sebut Lee dalam buku "The Singapore story: memoirs of Lee Kuan Yew" yang terbit pada 1997.
"Di antara dicintai dan ditakuti, saya selalu percaya dengan (prinsip filsuf Italia Nicolo) Machiavelli yang sangat benar. Jika tidak satu orangpun yang takut kepada saya, maka saya tak berarti apa-apa," sebut Lee dalam buku itu.
Lee bahkan kerap menekan kelompok oposisi dengan disertai mengekang kebebasan berpendapat.
Mungkin hal ini dipelajarinya dari mantan Presiden Soeharto, yang dikenal sangat dekat dengannya.
Salah satu tuduhan sangat serius diarahkan kepada Lee adalah, membuat lawan politiknya miskin melalui berbagai tuntutan hukum. Namun terlepas dari semua tuduhan tersebut, rakyat Singapura tetap memujanya dan mendoakannya saat sakit.
Kesehatan Lee makin terus memburuk sejak istrinya, Kwa Geok Choo wafat pada 2010 silam. Sejak 5 Februari lalu pun Lee menjalani perawatan di rumah sakit akibat pnemunia akut yang dideritanya.
Terlepas dari kontroversi ataupun kegemilangannya membangun Singapura, pria yang mengaku menganut Agnostik ini tidak akan pernah bisa dilepaskan dari Singapura.
Jasanya kepada Singapura dan kawasan Asia Tenggara pada khususnya, tidak akan pernah terlupakan.
Lee Kuan Yew wafat di Singapore General Hospital pada pukul 03.16, Senin (23/3/2015) waktu setempat. Lee wafat pada usia 91 tahun. Lee sudah dirawat sejak awal Februari 2015 lalu akibat penyakit pneumonia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
