"Sebenarnya tidak fair (tidak adil) jika dibilang seperti itu. ASEAN itu memang hanya dibahas sedikit, yaitu mengenai Rakhine, Myanmar. Kebetulan saja dalam konteks Myanmar, kalau solusinya lewat ASEAN, memang ada keterbatasan bagi Indonesia," jelas Shafiah dalam Forum Diskusi Seri Pemilu 2019, di Auditorium CSIS, Jakarta, Senin 1 April 2019.
Menurut Shafiah, jika ada pembahasan lain mengenai ASEAN, pasti jawabannya berbeda. Namun, untuk kasus Myanmar tersebut, kritik ini tak hanya dari Prabowo.
"Namun, sebenarnya Indonesia sudah banyak inisiatifnya untuk Myanmar dan banyak dilakukan lewat ASEAN maupun bilateral," tuturnya.
Shafiah menambahkan ASEAN adalah soko guru politik luar negeri Indonesia. Ini sudah jelas tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2008.
Kepala Departemen Hubungan Internasional CSIS ini menyayangkan sedikitnya pembahasan mengenai ASEAN. Padahal, kata dia, sebagai soko guru harusnya ASEAN menjadi instrumen penting bagi Indonesia.
Prabowo Subianto menyebut Indonesia tidak dihormati negara lain. Ia menyebut Indonesia dipandang sebelah mata di tingkat ASEAN.
"Indonesia tidak dihormati di ASEAN. Tidak dihormati wartawan luar negeri. Indonesia harus menghentikan impor bahan makanan," kata Prabowo dalam debat capres keempat.
Indonesia, ujar dia, dipandang sebagai negara yang banyak utang dengan mata uang lemah, serta membutuhkan impor bahan makanan. Prabowo menekankan Indonesia harus berdiri di kaki sendiri.
Berbicara soal isu Rakhine State, Myanmar, Prabowo menyatakan secara tersirat bila setuju dengan pendekatan pemerintahan capres petahana Joko Widodo. Namun, ia sempat mengatakan Indonesia terikat oleh ASEAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
