Pernyataan ini dirilis langsung oleh media pemerintah Korut, KCNA, beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa hanya ada satu jalan yang bisa dilakukan untuk mengatasi Korut.
Dikutip dari KCNA, Senin 9 Oktober 2017, dalam pidato di pertemuan Komite Pusat Partai Pekerja Berkuasa, Jong Un mengakui bahwa ia membahas situasi internasional yang rumit.
"Rudal balistik merupakan tameng kuat untuk menjaga perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea serta Asia Timur Laut," ujar Jong Un pada pidatonya.
Dalam pidatonya, Jong Un juga mengangkat adik perempuannya yang bernama Kim Yo Jong menjadi anggota politbiro atau badan pembuat keputusan tertinggi Korut.
Pengangkatan Yo Jong menggeser posisi bibi mereka, Kim Kyong Hui, sebagai pembuat keputusan negara ketika Kim Jong Il masih memerintah. Kyong Hui merupakan adik dari Jong Il, ayah Jong Un, dan merupakan salah satu sosok yang masuk lingkaran utama rezim Kim di Korut.
Selain adik kandungnya, Jong Un juga mengangkat Kim Jong Sik dan Ri Pyong Chol, dua orang yang berpengaruh dalam pembuatan roket rudal Korut.
Tak hanya mereka bertiga, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho juga diangkat menjadi anggota dewan politbiro di mana ia akan menjadi salah satu orang yang berhak mengambil keputusan di Pyongyang.
Bahkan jika dia memiliki pertemuan informal atau pertemuan tertutup, rekan-rekan utama Yong Ho dapat diyakinkan bahwa apa pun usulan yang mereka ajukan akan dibawa langsung ke puncak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
