Menurut survei yang diadakan Saiful Mujani Research and Consulling (SMRC), tingkat ancaman teroris terhadap warga meningkat dari 27,7 persen pada 2014, menjadi 30,7 persen pada akhir Desember 2015.
Dari 1.220 responden yang berusia 17 tahun keatas, secara demografi, warga yang merasa semakin tidak aman dari ancaman teroris cenderung dari kalangan perempuan, perkotaan, umur muda, kalangan lebih berpendidikan, dan menyebar secara rata menurut wilayah etnik dan juga agama.
"Bukan hanya kalangan non-Muslim, bahkan masyarakat Muslim juga merasa terancam atas tindak teroris di Tanah Air," ujar Direktur Utama SMRC Djayadi Hasan, dalam konferensi pers, presentasi hasil survei tentang 'Pandangan dan Sikap Publik Nasional mengenai Terorisme dan ISIS di Indonesia', di Jakarta, Jumat, (22/01/2016).
Dalam segi pekerjaan dan pendapatan, menurut Hasan, orang-orang berpenghasilan tinggi dan kalangan menengah ke atas, karena mereka lebih mengetahui tentang isu-isu teror yang ada.
Katanya, tindak terorisme sebenarnya bertujuan untuk menarik negara melakukan tindakan yang salah yang menarik teroris untuk melakukan serangan lebih besar.
"Seperti halnya tujuan tindak terorisme di Amerika, teroris ingin mencari pembenaran bahwa negara Barat itu membenci Islam," ungkap Hasan.
Dan dari hasil survei, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia dari setiap kalangan, menolak dan tidak setuju atas keberadaan bahkan tujuan teroris yang terutama ISIS di Tanah Air. Mereka yang menolak mencapai 95,3 persen. (Nabila Gita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
