Rajapaksa telah mencabut status darurat nasional pada Selasa malam setelah diterapkan selama lima hari. Pencabutan dilakukan usai puluhan anggota parlemen menarik diri dari koalisi pemerintah, membuat kubu Rajapaksa menjadi minoritas.
Masyarakat Sri Lanka menghadapi krisis bahan bakar, energi, makanan, obat-obatan, dan berbagai kebutuhan pokok lainnya dalam beberapa pekan terakhir. Sekelompok dokter di Sri Lanka mengatakan, sistem kesehatan nasional dapat tumbang dalam hitungan pekan jika masalah pasokan obat tak segera ditangani.
Gelombang unjuk rasa jalanan di Sri Lanka sudah dimulai sejak bulan lalu dan mulai meningkat intensitasnya dalam beberapa hari terakhir. Banyak warga melanggar aturan jam malam demi berunjuk rasa mengecam Rajapaksa.
"Perlu saya ingatkan lagi bahwa 6,9 juta warga telah memilih presiden (Rajapaksa)," kata Menteri Jalan Raya Johnston Fernando di parlemen, merespons gelombang kritik dari oposisi.
"Sebagai pemerintah, kami mengatakan dengan jelas bahwa presiden tidak akan mengundurkan diri dalam situasi apa pun. Kami akan menghadapi masalah ini," sambung dia, dikutip dari CGTN.
Setelah pernyataan Fernando, sekitar 200 dokter berunjuk rasa di dekat rumah sakit nasional di Colombo. Mereka meneriakkan yel-yel kecaman terhadap pemerintah.
Beberapa dari dokter membawa spanduk bertuliskan: "Perkuat hak rakyat untuk hidup. Deklarasikan darurat kesehatan."
Baca: Tak Bisa Atasi Krisis Ekonomi, Presiden Sri Lanka Diminta Mundur
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
