Abdallah al Dardari, Kepala Program Pembangunan PBB di Afghanistan mengatakan, PBB menyimpan dana mereka di Bank Internasional Afghanistan (AIB).
"Dengan janji jelas dari bank sentral bahwa uang segar akan secara otomatis dikonversi ke Afghanistan," kata Dardari, dilansir dari US News, Jumat, 4 Februari 2022.
Namun, janji tersebut tidak terjadi. Kepada ACAMS Global Sanctions Space Summit, Dardari menjelaskan, sebanyak USD30 juta terjebak di AIB dan tidak dapat dikonversi ke mata uang Afghani.
"Seperti yang Anda bayangkan, kami tidak dapat mengimplementasikan semua program kami," seru dia.
Taliban, yang merebut kekuasaan pada Agustus, melarang penggunaan mata uang asing di negara di mana dolar Amerika Serikat (AS) umum digunakan.
Kelompok ini berada di bawah sanksi internasional. Akibatnya, kelompok bantuan tidak bisa melakukan operasi kemanusiaan di Afghanistan.
Lebih dari setengah populasi Afghanistan saat ini menderita kelaparan ekstrem dengan ekonomi, pendidikan dan layanan sosial menghadapi kehancuran.
Miliaran dolar dalam cadangan bank sentral Afghanistan dan bantuan pembangunan asing telah dibekukan untuk mencegahnya jatuh ke tangan Taliban. Bank-bank internasional waspada terhadap pelanggaran sanksi, membuat PBB dan kelompok-kelompok bantuan berjuang untuk mendapatkan cukup uang ke negara itu.
PBB dan Bank Dunia sedang mendiskusikan kemungkinan fasilitas pertukaran. Menurut Al Dardari, ini akan memungkinkan uang tunai untuk operasi kemanusiaan dibayarkan ke dalam mekanisme di luar negeri.
Dia juga mengatakan pelajaran dapat dipetik dari sebuah program di Myanmar, di mana sistem pembayaran elektronik melewati bank sentral. Militer Myanmar juga saat ini terkena sanksi dari AS dan lainnya sejak kudeta tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News