Sementara menurut laporan Yonhap News Agency, Kim Jong-un tidak menyinggung mengenai negara tetangganya, Korea Selatan, atau juga Amerika Serikat. Selain itu, Kim juga tidak mengungkapkan detail mengenai upaya Korea Utara untuk meningkatkan persenjataan.
Pidato Kim disampaikan di hari keempat dan terakhir sidang pleno ke-8 Komite Sentral Partai Buruh Korea di Pyongyang.
Pertemuan partai ini mendapat perhatian besar dari Korea Selatan dan kekuatan regional lainnya karena berlangsung setelah pembicaraan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pyongyang pada 19 Juni. Penandatanganan perjanjian baru tentang kerja sama militer yang lebih kuat antara kedua pemimpin memicu spekulasi bahwa Korea Utara mungkin akan mengungkapkan langkah-langkah tindak lanjut.
Dalam pertemuan partai, Korea Utara membahas lima agenda, termasuk tinjauan sementara atas pelaksanaan kebijakan negara tahun ini dan isu penegakan disiplin kerja di sektor-sektor utama, menurut KCNA.
"Di paruh pertama tahun ini, dapat dirasakan bahwa situasi ekonomi negara secara nyata mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Kim Jong-un.
"Dapat dikatakan bahwa situasi pertanian di seluruh negeri hingga saat ini juga cukup baik," tambahnya.
Menurut Administrasi Pengembangan Pedesaan Korea Selatan, diperkirakan produksi panen Korea Utara meningkat dari 310.000 ton per tahun menjadi 4,82 juta ton tahun lalu. Namun, jumlah ini masih di bawah 5,76 juta ton, jumlah tahunan yang dibutuhkan Korea Utara untuk memberi makan semua rakyatnya, menurut proyeksi Organisasi Pangan dan Pertanian untuk Korea Utara.
Kim Jong-un juga mengatakan bahwa Korea Utara akan melihat penyelesaian basis produksi modern baru di 20 kota dan kabupaten pada akhir 2024. Hal ini terkait dengan proyek Korea Utara untuk membangun pabrik-pabrik modern di 20 kabupaten selama sepuluh tahun ke depan untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat.
Menyinggung mengenai militer, KCNA melaporkan bahwa Kim Jong-un menjelaskan arah yang akan diambil semua angkatan bersenjata Korea Utara dalam kegiatan militer dan politik mereka. Namun, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai hal ini.
Pemimpin Korea Utara itu juga menyerukan Komite Tetap Majelis Rakyat Tertinggi atau Supreme People's Assembly (SPA) untuk merevisi konstitusi negara. Tujuan dari revisi ini adalah meningkatkan prestise atau wibawa negara, menunjukkan bahwa parlemen Korea Utara kemungkinan akan segera mengadakan sidang penting untuk membahas dan mengesahkan revisi konstitusi ini. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Rusia-Korut Tandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
