Bangkok: Ratusan petugas pemadam kebakaran dan tentara Thailand berupaya keras untuk mengatasi kebakaran hutan kurang dari 100 kilometer dari Bangkok pada Jumat 31 Maret 2023. Thailand sudah bergulat dengan polusi udara yang telah membuat lebih dari 1,7 juta orang sakit tahun ini.
Kebakaran telah mempengaruhi setidaknya 800.000 meter persegi atau 200 hektar hutan di tiga bukit di Provinsi Nakhon Nayok, di timur laut ibu kota Thailand. Ada dua distrik dinyatakan sebagai zona darurat.
Kobaran api terjadi ketika Thailand bergulat dengan lonjakan polusi yang sebagian disebabkan oleh pembakaran pertanian. Kondisi itu telah membuat udara di beberapa kota utara termasuk di antara yang paling kotor dan paling berbahaya di dunia minggu ini.
Menurut angka terbaru dari kementerian kesehatan sejak awal tahun, 1.730.000 orang membutuhkan perawatan rumah sakit untuk kondisi pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara.
Kebakaran itu tidak mengancam pusat populasi besar mana pun, tetapi dekat dengan tepi Taman Nasional Khao Yai. Ini adalah taman nasional tertua di kerajaan itu dan bagian dari kompleks hutan yang terdaftar di UNESCO yang membentang hingga perbatasan Kamboja.
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha telah mengirim menteri dalam negerinya untuk mengkoordinasikan operasi di lapangan.
"PM Prayut dan menteri pertahanan telah memantau dengan cermat situasi kebakaran di Nakon Nayok dan memerintahkan organisasi terkait untuk segera membantu memadamkan api," kata Juru Bicara Pemerintah Anucha Burapachaisri, seperti dikutip AFP.
Prayut, yang menghadapi pemilihan umum pada 14 Mei, pada Kamis mendesak pejabat tinggi dari blok regional ASEAN untuk membantu mengoordinasikan upaya mengurangi polusi lintas batas yang disebabkan oleh pembakaran pertanian.
Petani di seluruh Asia Tenggara membakar tunggul di ladang setiap tahun setelah masa panen, menyebabkan polusi udara yang meluas.
Bagian utara Thailand sangat terpengaruh dan minggu ini kota Chiang Mai dan Chiang Rai menduduki puncak daftar kualitas udara terburuk perusahaan pemantauan IQAir - mengalahkan kota-kota seperti Delhi dan Beijing.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Kebakaran telah mempengaruhi setidaknya 800.000 meter persegi atau 200 hektar hutan di tiga bukit di Provinsi Nakhon Nayok, di timur laut ibu kota Thailand. Ada dua distrik dinyatakan sebagai zona darurat.
Kobaran api terjadi ketika Thailand bergulat dengan lonjakan polusi yang sebagian disebabkan oleh pembakaran pertanian. Kondisi itu telah membuat udara di beberapa kota utara termasuk di antara yang paling kotor dan paling berbahaya di dunia minggu ini.
Menurut angka terbaru dari kementerian kesehatan sejak awal tahun, 1.730.000 orang membutuhkan perawatan rumah sakit untuk kondisi pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara.
Kebakaran itu tidak mengancam pusat populasi besar mana pun, tetapi dekat dengan tepi Taman Nasional Khao Yai. Ini adalah taman nasional tertua di kerajaan itu dan bagian dari kompleks hutan yang terdaftar di UNESCO yang membentang hingga perbatasan Kamboja.
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha telah mengirim menteri dalam negerinya untuk mengkoordinasikan operasi di lapangan.
"PM Prayut dan menteri pertahanan telah memantau dengan cermat situasi kebakaran di Nakon Nayok dan memerintahkan organisasi terkait untuk segera membantu memadamkan api," kata Juru Bicara Pemerintah Anucha Burapachaisri, seperti dikutip AFP.
Prayut, yang menghadapi pemilihan umum pada 14 Mei, pada Kamis mendesak pejabat tinggi dari blok regional ASEAN untuk membantu mengoordinasikan upaya mengurangi polusi lintas batas yang disebabkan oleh pembakaran pertanian.
Petani di seluruh Asia Tenggara membakar tunggul di ladang setiap tahun setelah masa panen, menyebabkan polusi udara yang meluas.
Bagian utara Thailand sangat terpengaruh dan minggu ini kota Chiang Mai dan Chiang Rai menduduki puncak daftar kualitas udara terburuk perusahaan pemantauan IQAir - mengalahkan kota-kota seperti Delhi dan Beijing.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
