Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mengatakan, pada Rabu 3 Maret 2021 ketika dia mendesak negara-negara untuk "mengambil tindakan yang sangat keras" untuk memulihkan demokrasi di negara Asia Tenggara itu.
Baca: PBB: Hari Paling Berdarah di Myanmar saat 38 Orang Tewas dalam Protes.
Burgener, mengatakan 38 orang tewas pada Rabu dan dianggap hari paling kejam sejak kudeta, ketika militer berupaya memadamkan protes. Schraner Burgener akan memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar kepemimpinan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dia pimpin. NLD memenangkan pemilihan pada November dengan telak, yang menurut militer curang. Komisi pemilihan mengatakan pemungutan suara itu adil.
Schraner Burgener mengatakan bahwa dalam percakapan dengan wakil panglima militer Myanmar Soe Win, dia telah memperingatkannya bahwa militer kemungkinan besar akan menghadapi tindakan keras dari beberapa negara dan isolasi sebagai pembalasan atas kudeta tersebut.
"Jawabannya adalah: 'Kami terbiasa dengan sanksi, dan kami selamat'," kata Schraner Burgener menirukan ucapan Soe Win, kepada wartawan di New York, seperti dikutip AFP, Kamis 4 Maret 2021.
“Ketika saya juga memperingatkan mereka akan pergi dalam isolasi, jawabannya adalah: 'Kita harus belajar berjalan hanya dengan beberapa teman',” jelasnya.
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa, telah menerapkan atau sedang mempertimbangkan sanksi yang ditargetkan untuk menekan militer dan sekutu bisnisnya.
Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang telah menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat tersebut, tetapi tidak mengutuk kudeta tersebut bulan lalu karena ditentang oleh Rusia dan Tiongkok. Kedua negara itu memandang perkembangan tersebut sebagai urusan dalam negeri Myanmar. Tindakan apa pun oleh dewan di luar pernyataan tidak mungkin dilakukan, kata para diplomat.
"Saya berharap mereka menyadari bahwa ini bukan hanya urusan internal, tapi juga mengenai stabilitas kawasan," kata Schraner Burgener tentang Tiongkok dan Rusia.
Dia berkata Soe Win memberitahunya bahwa "setelah satu tahun mereka ingin mengadakan pemilihan lagi." Schraner Burgener terakhir berbicara dengannya pada 15 Februari dan sekarang berkomunikasi dengan militer secara tertulis.
“Jelas, menurut saya, taktiknya sekarang adalah menyelidiki orang-orang NLD untuk memenjarakan mereka. Pada akhirnya NLD akan dilarang dan kemudian mereka mengadakan pemilihan baru, di mana mereka ingin menang, dan kemudian mereka dapat terus berkuasa," tutur Schraner Burgener.
Schraner Burgener mengatakan dia yakin militer "sangat terkejut" dengan protes terhadap kudeta tersebut.
“Saat ini kami memiliki anak muda yang hidup dalam kebebasan selama 10 tahun, mereka memiliki media sosial, dan mereka terorganisir dengan baik dan sangat bertekad,” katanya.
"Mereka tidak ingin kembali dalam kediktatoran dan dalam isolasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id