Dino menjelaskan, politik luar negeri Indonesia menjadi perhatian di dalam negeri sejak periode kedua Presiden Joko Widodo. Keberhasilan Indonesia menjaga G20 tetap utuh menjadi perbincangan positif di dunia internasional.
“Di sana memang menurut saya prestasi terbesar Presiden Jokowi, legasi terbesarnya adalah dalam menjaga keutuhan G20 pada saat mau ambruk G20 itu,” ucap Dino, dalam wawancara khusus dengan Metrotvnews.com, Kamis 28 November 2024.
“Sekarang sudah ada lembaran baru Presiden Prabowo, itu semua orang meyakinkan bahwa ini akan menjadi Presiden politik luar negeri yang sangat aktif, karena beliau senang masalah hubungan internasional dan beliau juga bisa berbagi bahasa dan senang bergaul,” lanjut mantan wakil menteri luar negeri itu.
Ia kembali mengingatkan Menteri Luar Negeri Sugiono untuk memberikan pernyataan mengenai strategi politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan baru ini.
Prabowo siap ‘bermain’ global
Dino juga mengomentari kunjungan kenegaraan Prabowo yang dilakukan secara langsung ke beberapa negara. Ia menilai langkah awal Prabowo menjadi sinyal bagi negara lainnya.“Menurut saya yang paling, ini kan langkah pertama nih sejak jadi Presiden ya. Jadi sinyal yang paling utama adalah, I'm here dan saya sudah siap jadi pemain,” kata Dino.
Waktu zaman Presiden Jokowi dulu, terangnya, sinyalnya diberikan berbeda. Jokowi tidak tampil, walaupun ia datang ke berbagai negara dan pertemuan internasional, namun tidak tampil.
“Ini beliau sudah tampil dan memberikan pidato yang juga bagus dan lain sebagainya gitu kan. Jadi saya kira a good start ya,” lanjut Dino.
Namun, ia mengingatkan agar jangan sampai hanyut dalam ‘diplomasi merry-go-round’.

Founder FPCI Dino Patti Djalal. Foto: Metrotvnews.com
Menurutnya, untuk pertemuan rutin seperti sidang umum PBB, G20, ASEAN, MIKTA, dan lainnya jika ditotal bisa dua bulan dari setahun. Dan menurut Dino, banyak pemimpin yang ‘hanyut’ karena tidak punya konsep dalam strategi kebijakan luar negeri mereka.
“Ini secara global ya, pemimpin-pemimpin yang masuk kemudian mereka tahu-tahu ada rutinitas yang luar biasa. Nah, pemimpin lain itu banyak yang hanyut. Ya hanyut kenapa? Jadi gak bisa dari sini ke sana dan kalau gak ada konsep, parah. Buang waktu, ya kan? Makanya dari awal beliau harus punya suatu konsep, suatu strategi,” kata Dino.
Ia menegaskan, konsep yang dimaksud adalah ada tujuan yang ingin diperjuangkan dalam berbagai pertemuan tersebut.
“Nah, itu yang menurut saya dalam 3-6 bulan ke depan harus dirumuskan,” tegas mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu.
Kunjungan ke Tiongkok
Tiongkok menjadi negara pertama yang dikunjungi Prabowo usai menjabat sebagai kepala negara. Menurut Dino, Tiongkok memang merupakan mitra penting Indonesia dalm berbagai hal.“Ini dicerminkan waktu beliau terpilih,diumumkan terpilih menang pemilu negara pertama yang dikunjungi adalah Tiongkok. Dan setelah resmi menjadi presiden, negara pertama juga adalah Tiongkok,” ucap Dino.
“Jadi ini sebagai diplomat ini jelas sinyal. Sinyal kepada Tiongkok. Dan mungkin juga kepada dunia bahwa Indonesia dan Tiongkok itu ada hubungan yang kuat. Dan terutama Pak Prabowo itu memandang ada suatu kesusahan tertentu mengenai Tiongkok,” tegasnya.
Namun, ia menyoroti pernyataan bersama antara Presiden Prabowo dengan mitranya dari Tiongkok, Xi Jinping.
“Mungkin yang perlu diperjelas adalah mengenai joint statement yang banyak disorot di tanah air. Karena orang nanya ini apakah ada pergeseran posisi atau enggak. Nah, ini harus dijelaskan sekali lagi oleh Menteri Luar Negeri,” ujar Dino.
Pasalnya, kata Dino, selama ini posisi Indonesia sangat tegas. Tidak ada tumpang tindih klaim Indonesia dan Tiongkok.
Dino mengatakan, pertanyaan tentang posisi Indonesia itu sedikit mereda setelah Kementerian Luar Negeri mengularkan statement bahwa RI tidak mengakui sembilan garis putus dari Tiongkok.
“Kalau memang itu berarti kita juga harus explicit, bukan implicit, explicit juga menyatakan tidak ada tumpang tindih klaim antara Indonesia dan Tiongkok,” ucap Dino.
Dino menegaskan, permasalahan tersebut sangat sensitif karena mengancam kedaulatan Indonesia.
“Ini masalah yang sangat strategis. Ini masalah kedaulatan, kewilayahan. Kita kan tentu enggak bisa main-main dengan urusan yang sangat sakral ini. Dan kita harus tegas membela kepentingan nasional Indonesia di sini,” lanjut Dino.
Setelah mengunjungi Tiongkok, Prabowo bertolak ke Amerika Serikat. Dino menilai AS menjadi negara kedua hanya karena masalah logistik.
Namun, ia menyoroti pernyataan bersama antara Prabowo dan Presiden AS Joe Biden yang panjang dan komprehensif.
“Dan saya juga baca bagus. Pertanyaanya adalah apakah joint statement ini akan diadopsi oleh pemerintah Trump. Menurut saya kemungkinan besar iya,” tuturnya.
“Karena itu juga banyak kepentingan Amerika yang ada di sana. Tapi kita lihat aja bagaimana kedepannya. Tapi yang jelas kita harus menjaga hubungan baik dengan Beijing dan juga dengan Washington DC,” pungkas Dino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News