Seperti dikutip AFP, Rabu (16/12/2015), kontrak masif ini disepakati saat momen rekonsiliasi Tiongkok dan Taiwan, yang terpisah sejak 1949. Namun terdapat pula dugaan AS menjual kapal ini untuk menghadapi militerisasi Tiongkok yang kian aktif di Laut China Selatan.
David McKeeby, juru bicara Kemenlu AS, mengatakan "paket penjualan senjata pertahanan" senilai USD1,83 miliar itu termasuk dua kapal perang kelas Perry, misil anti-tank Javelin, misil Tow 2B, kendaraan amfibi AAV-7 dan sejumlah perlengkapan militer lainnya.
Kongres AS memiliki 30 hari untuk menolak penjualan. Jika tidak ada penolakan, penjualan dianggap sudah disetujui.
Selasa kemarin, Beijing yang masih menganggap Taiwan sebagai wilayahnya "menolak keras penjualan senjata, perlengkapan atau teknologi militer ke Taiwan oleh negara manapun dalam bentuk apapun dan dalam kondisi apapun."
"Tiongkok mendesak AS untuk secara serius menyadari sensitivitas dari penjualan senjata ke Taiwan," kata juru bicara Kemenlu Tiongkok Hong Lei.
Taiwan dan Tiongkok berpisah di akhir perang sipil pada 1949.
AS lebih mengakui Tiongkok ketimbang Taiwan, namun Negeri Paman Sam masih tetap menganggap negara di pulau kecil itu sebagai sekutu utama. Kedekatan tersebut membuat AS dengan Tiongkok terus bersitegang hingga saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
