Mereka juga menolak upaya Presiden Trump untuk memadamkan isu pemakzulan dengan merilis transkrip panggilan teleponnya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Percakapan itu yang memicu pengumuman penyelidikan pemakzulan terhadap Trump oleh DPR AS.
Anggota Senat AS Alexandria Ocasio-Cortez, menilai bahwa transkrip tersebut mengindikasikan bahwa percakapan itu ‘lebih buruk dari yang kami kira’ dan menuduh presiden mengkhianati negara.
"Saudara-saudara, saya terkejut Gedung Putih bahkan merilis transkrip ini. Ini lebih buruk dari yang kita kira. Presiden berusaha menggunakan kekuatan pemerintah Amerika Serikat untuk menyelidiki lawan politiknya," kata Ocasio-Cortez, seperti dikutip Fox News, Kamis, 26 September 2019.
"Entah Presiden tidak tahu bobot kata-katanya atau dia tidak peduli dengan etika atau tanggung jawab konstitusionalnya," imbuh Ocasio-Cortez.
"Transkrip dan Departemen Kehakiman bertindak dengan cara nakal karena terlibat dalam pelanggaran hukum Presiden menegaskan perlunya penyelidikan pemakzulan. Jelas, Kongres harus bertinda,” tegasnya.
Transkrip, yang dirilis pada Rabu, menunjukkan bahwa Trump tidak secara eksplisit menyebutkan bantuan luar negeri yang dipertukarkan untuk penyelidikan terhadap putra dari mantan Wakil Presiden Joe Biden. Biden, kandidat Capres Demokrat 2020, menarik perhatian karena berhasil menekan Ukraina untuk memecat jaksa agungnya, Viktor Shokin, yang sedang menyelidiki sebuah perusahaan gas alam tempat putranya, Hunter, menjabat sebagai dewan direksi.
Seperti dicatat Ocasio-Cortez, transkrip itu bukan akun "kata demi kata" tetapi didasarkan pada "catatan dan ingatan" dari mereka yang mengamati panggilan itu.
Sesama anggota ‘Skuat’ lainnya, Ilhan Omar, bergabung dengan Ocasio-Cortez dalam menyerukan pemakzulan, dengan alasan bahwa transkrip itu sendiri adalah bukti bahwa Kongres harus melanjutkan proses resmi.
Sementara Rashida Tlaib dengan jelas menuduh Trump berusaha menyuap dan memeras Zelensky, tetapi, dalam tweetnya, tidak menunjuk ke bagian tertentu dari transkrip tersebut.
Anggota ‘Skuat’ yang tersisa, Ayanna Pressley dengan antusias mendukung pemakzulan pada Selasa tetapi tampaknya tidak mengomentari transkrip yang dirilis melalui Twitter.
Sebaliknya, Presiden Trump menyatakan kemenangan setelah transkrip itu dirilis. "Akankah Demokrat meminta maaf setelah melihat apa yang dibicarakan dengan Presiden Ukraina? Mereka seharusnya, panggilan yang sempurna - membuat mereka terkejut!" tulis Trump.
Tampaknya tidak mungkin bahwa Demokrat akan mundur dari pemakzulan sejak Pelosi mengumumkan penyelidikan sebelum Gedung Putih bahkan merilis transkripnya. Pelosi, pada Selasa, juga mengklaim pemerintahan Trump melanggar hukum dengan menekan laporan whistleblower tentang panggilan dengan Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id