"Kenangan dengan Mas Deddy itu saya pernah bandel di perfilman karena saya melawan monopoli. Deddy bilang, 'edan kowe, tapi aku seneng. Kamu harus jadi kepala badung, kita enggak bisa dibeli,' itu yang saya ingat dari beliau," kata Slamet di kediaman Deddy di Tangerang Selatan, Rabu 18 April 2018.
"Memang orangnya atos, ndak sembarang peranan," imbuhnya.
Usia Slamet dan Deddy terpaut jarak 10 tahun. Mereka pertama kali bertemu di Sanggar Pratiwi. Ketika itu, Deddy sebagai pengajar satu angkatan dengan Teguh Karya. Slamet mengatakan, ia yang saat itu duduk di bangku semester satu menjadi murid favorit Deddy.
"Bandel saya, dia lihat. Istilahnya ndak suka patokan-patokan. Ngawur, ini anak ngawur banget. Itu namanya Slamet Rahardjo. Main lenong gaya Jowo, main ketoprakan gaya lenong. Slamet itu ngawur," katanya.
Ia pun berpesan, kegigihan Deddy di dunia perfilman patut dijadikan panutan.
"Kalau macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, Sutomo meninggalkan kita, bagi kita adalah kerja dengan kreatif. Kalau kamu ingin jadi aktor bukan meminta, kejar. Belajar," urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News