Didik atau dengan nama lahir Kwee Tjoen An merupakan seorang anak keturunan tionghoa-Indonesia yang pernah mendapat perlakuan diskriminasi dan perundungan ketika di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia sering dicemooh bahkan sampai dilempari batu oleh teman-temannya.
“Saya sekolah di sekolah negeri dan jadi satu-satunya orang Tionghoa. Ya kan namanya anak cowok kan nakal ya, biasa kan didorong, dipukul, dilempar batu,” kata Didik dalam tayangan The Legend di Metro TV, Jumat, 26 November 2021.
Perlakuan teman-teman Didik tentu saja memengaruhi mentalnya. Didik mengaku sampai takut untuk bertemu orang baru atau bahkan teman-teman sekolahnya. Ia cenderung menghindari kerumunan karena khawatir akan cemoohan dari murid SMP lainnya.
“Kalau masuk kelas SMP dulu tuh, kalau saya datangnya lebih awal saya akan berdiri jauh dari pintu masuk sekolah. Saya menunggu bel sekolah berbunyi karena biasanya anak-anak cowok pada duduk di depan, kalau saya lewat digurah,” lanjutnya.
Namun, kegelisahan Didik dapat terbantu dengan menari. Menari adalah passion Didik, semangat dan kegemaran yang tinggi terhadap seni tari membuat Didik serius menjalaninya. Ia merasa lebih percaya diri setelah menari di depan umum.
“Tapi dengan menari itu yang luar biasa, menjadi lebih percaya diri. Sehingga saya pun masih seminar masih berbicara di depan umum tanpa grogi itu karena saya sering menari di depan umum,” kata Didik.
Seniman itu menyatakan seni merupakan suatu wadah yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri. Dengan demikian, Didik memilih seni tari sebagai sarana untuk menerima diri dan mengangkat kepercayaan dirinya.
“Saya sering memberi masukan bahwa dengan menari dengan belajar tari atau seni apapun itu mendidik anak untuk menjadi lebih percaya diri,” lanjutnya.
(Aulya Syifa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News