Keputusan menunjuk Ki Anom Suroto sebagai co-captain menimbulkan antusiasme luar biasa karena keberagaman latar belakangnya yang sangat berbeda dari politikus atau pejabat biasa dalam dunia politik. Dia terkenal sebagai seorang seniman yang berbakat dan diakui internasional dalam dunia dalang.
Anies Baswedan mengungkapkan bahwa kehadiran Ki Anom Suroto di tim ini adalah sebuah langkah berani untuk mendukung perubahan yang lebih luas. Anom Suroto, yang telah memulai kariernya sebagai dalang sejak usia 12 tahun, telah mengadakan pertunjukan dalangnya di lima benua yang berbeda, menjadikannya satu-satunya dalang yang pernah melakukan prestasi luar biasa tersebut.
Namun, tak hanya nama Ki Anom Suroto yang mencuri perhatian. Timnas AMIN juga mengumumkan Muhammad Syaugi Alaydrus sebagai kapten tim, yang akan memimpin keseluruhan koordinasi di antara 12 co-captain lainnya.
Selain itu, struktur tim ini juga dilengkapi dengan kehadiran sejumlah tokoh yang telah teruji di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan hukum. Dalam komposisi yang beragam ini, Sudirman Said, Thomas Trikasih Lembong, Al Muzzammil Yusuf, Nihayatul Wafiroh, Azrul Tanjung, Nasirul Mahasin, Leontinus Alpha Edison, Yusuf Muhammad Martak, Muhammad Jumhur Hidayat, Maksum Faqih, dan Suyoto turut mengisi posisi co-captain.
Novita Dewi ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal, sementara Gede Widiade akan bertindak sebagai Bendahara Timnas AMIN. Ari Yusuf Amir, akan mengemban tanggung jawab sebagai Kepala Tim Hukum Nasional.
Baca juga: Temani Anak Konser Coldplay, Cak Imin: Kelas Dunia! |
Keputusan menarik ini menunjukkan komitmen Timnas AMIN untuk menghadirkan perspektif yang berbeda dan mendalam dalam mendukung visi dan perubahan yang mereka usung menuju Pemilihan Presiden 2024. Antusiasme publik terhadap kehadiran Ki Anom Suroto di kancah politik menjadi bukti bahwa inovasi dan inklusi dapat menjadi kekuatan luar biasa dalam dunia politik yang dinamis.
Profil Ki Anom Suroto
Nama Ki KKRT H Lebdo Nagoro Anom Suroto mungkin tak asing bagi pecinta seni pertunjukan tradisional Indonesia. Lahir pada 11 Agustus 1948, di Klaten, dia adalah seorang dalang yang telah menciptakan jejak legendaris dalam dunia wayang kulit.Mengawali perjalanan seninya sejak usia belia, Ki Anom terjun ke dunia dalang sejak usia 12 tahun, mengejar bakat dan minatnya yang tumbuh dari dalam keluarganya. Dari sang ayah, Ki Sadiyun Harjadarsana, ia mewarisi kecintaan pada seni wayang kulit dan memulai perjalanan panjangnya sebagai seorang dalang.
Namun, kecintaan Ki Anom tak hanya berhenti pada bakat turun temurun dari ayahnya. Ia juga menempuh pendidikan dan latihan mendalang dari beberapa tokoh pencerita terkemuka, seperti Ki Nartasabdo. Melalui kursus pendalangan di berbagai tempat, Ki Anom menambah wawasan dan keterampilannya dalam seni mendalang.
Perjalanan pendidikannya tak hanya mengenal batas-batas lokal. Ki Anom Suroto memperdalam kemampuannya melalui pengalaman di Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta, hingga di Habiranda Yogyakarta. Pada tahun 1968, ia membuat debutnya yang spektakuler sebagai pendalang di Radio Republik Indonesia (RRI), membawa keajaiban dan pesona seni wayang kulit ke ruang-ruang pendengar di seluruh Indonesia.
Tak hanya dikenal sebagai dalang ternama, Ki Anom juga pernah memegang jabatan sebagai Ketua III Pengurus Pusat Persatuan Pendalangan Indonesia (Pepadi) dari tahun 1996 hingga 2001, menjadikan kontribusinya dalam dunia dalang semakin diperhitungkan.
Kisah perjalanan Ki Anom Suroto tidak hanya sekadar catatan tentang prestasi dalam seni tradisional, namun juga tentang dedikasi dalam melestarikan budaya. Perjalanannya yang penuh dengan pengetahuan dan pengalaman telah menginspirasi generasi-generasi penerus untuk tetap mencintai dan mempertahankan kekayaan warisan budaya bangsa.
Keberhasilan Ki Anom Suroto dalam membawa keindahan wayang kulit tak hanya dalam batas-batas lokal, tetapi juga telah mengukir namanya sebagai salah satu maestro dalang yang telah menyebar pesonanya di kancah internasional. Kesederhanaannya dalam memelihara tradisi luhur bangsa menjadi cerminan kearifan dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.
(Zelicha Aprissa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News