"Bangsa lain besar karena mereka mengolah gagasannya sendiri dan malu menggunakan produk luar. Karena itu, kita harus memprioritaskan gagasan kita," ujar Ray di Galeri Foto Jurnalistik Antara Jakarta, Jumat (15/8/2014) malam.
Ray, yang merupakan pemeran utama dalam film 'Negeri Tanpa Telinga', --sebuah film karya Lola Amaria Production yang berkisah mengenai pemberantasan korupsi--, mengatakan bahwa generasi muda sekarang membalikkan fakta dan lebih senang menggunakan gagasan dari luar untuk membangun bangsanya.
"Kemerdekaan tidak lagi datang dari masing-masing pribadi, tetapi dari masukan-masukan pihak luar. Memang benar, pertandingan hidup yang bebas saat ini menjadi tantangan berat. Namun, ketika generasi kita mampu mengatasinya, maka kemerdekaan tersebut akan datang dengan sendirinya," ucap pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957, itu.
Ayah empat anak itu menuturkan, layaknya pertandingan tinju, harus ada kekuatan seimbang untuk membangun negeri ini. Kekuatan tersebut tidak hanya datang dari para pahlawan pendahulu yang memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga dari generasi muda yang bertugas melanjutkan kemerdekaan tersebut.
"Fenomena saat ini justru kita dicekoki oleh permasalahan orang lain dan lupa akan permasalahan di dalam bangsa ini," kata mantan suami Dewi Yull itu.
Kini, bangsa Indonesia justru menjadi objek, bukan subjek. Padahal, untuk menjadi bangsa besar dibutuhkan subjektivitas dalam pembangunan di dalam, dari generasi muda yang saat ini belum menemukan jati dirinya.
"Kemerdekaan tidak hanya sekadar bebas melakukan segala sesuatu, tetapi bertanggung jawab dalam menjalaninya," tegasnya. (ANTARA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id