Kate pernah bekerja dengan kedua sutradara lewat proyek film Wonder Wheel (2017) dan Carnage (2011). Polanski dinyatakan bersalah atas tindak pemerkosaan gadis 13 tahun pada 1979, tetapi kabur sebelum disidang atas empat kasus pemerkosaan lain.
Pada 2014, Woody dituduh melakukan kekerasan seksual terhadap anak adopsinya Dylan Farrow. Tuduhan ini dicabut kemudian.
Dilansir dari Variety, Kate berbicara di panggung London Film Critics’ Circle Awards pada akhir pekan lalu. Dengan terisak, tanpa menyebut nama, Kate mengakui punya penyesalan pahit karena pernah bekerja dengan sineas yang dituduh melakukan kekerasan seksual.
"Ada sutradara, produser, dan pria-pria berkuasa yang selama puluhan tahun telah diberi penghargaan serta dipuji atas karya terhormat mereka oleh industri ini dan para penikmat film. Tentu saja, banyak aktor yang kariernya berkembang lewat peran di film-film mereka," kata Kate.
Kate juga mengakui bahwa selama bertahun-tahun, dia termasuk orang yang antusias dan merasa terhormat jika mendapat tawaran peran dari para sineas besar ini.
"Pesan yang kita terima selama bertahun-tahun, mendapat tawaran peran dari orang-orang ini adalah sebuah pujian tertinggi," ungkap Kate.
"Setelah para wanita di penjuru dunia berjalan dalam aksi pekan lalu, dan sekali lagi bergabung untuk bersuara tentang pelecehan, eksploitasi, dan kekerasan, aku sadar bahwa aku tak akan mampu berdiri di sini sore ini dan menahan penyesalan pahit, bahwa aku pernah punya keputusan buruk untuk bekerja dengan para individu yang aku harap tak pernah terjadi," lanjutnya.
Sebelumnya, Dylan Farrow telah berbicara secara publik mengenai klaimnya terkait Woody. Colin Firth dan Greta Gerwig, yang pernah bekerja dengan Woody, menyebut tak akan pernah bekerja dengan Woody lagi. Beberapa aktor lain menyumbangkan honor yang mereka dapat lewat film Woody bagi gerakan Time's Up.
Isu mengenai pelecehan seksual di Hollywood memanas sejak penghujung tahun lalu, dimulai dengan laporan investigasi New York Times dan The New Yorker mengenai Harvey Weinstein. Setelah itu pengakuan dan tuduhan lain terkuak. Muncul gerakan kolektif #MeToo, yang disusul oleh gerakan yang lebih terorganisir bernama Time's Up sebagai bentuk advokasi hukum bagi korban pelecehan seksual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News