"Alasan pertama (memilih homeschooling), saya enggak cocok dengan kurikulum yang ada (di Indonesia). Alasan kedua, saya ingin lebih dekat dengan anak saya terus. Saya bisa main dan belajar sama mereka," kata Pongki kepada Metrotvnews.com saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada Selasa (11/11/2014).
Dengan metode homeschooling, Pongki memiliki porsi waktu tiga hari dalam satu minggu untuk membimbing anaknya belajar di rumah. Dampak metode homescholling mulai tampak pada kedua anaknya.
"Salah satu yang saya rasakan, mereka tidak berpatokan pada nilai, apa yang bisa kamu pelajari hari ini (itu nilainya). Bukan nilai (berupa angka) fokus mereka. Mungkin akan beda kalau diadu (secara nilai akademik) dengan anak-anak sekolah internasional, buat saya nggak masalah. Anak saya bukan untuk menjadi seperti itu. Cuma, ada standar yang tetap dipakai secara teknis. Saya tidak ingin (anak saya) seperti anak lain, sekarang waktunya untuk menanam (karakter)," papar Pongki.
Meski tidak percaya pada kurikulum di Indonesia saat ini, Pongki juga tidak menutup asa akan berkembangnya metode pembelajaran yang tepat untuk tiap jenjang pendidikan formal. Terlebih, pada saat ini Indonesia memiliki Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah yang baru.
"Saya percaya Pak Anies Baswedan (Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah) akan kerja sebaik mungkin, meski nantinya terbatas pada birokrasi yang ada," tutup Pongki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id