Berikut petikan isi petisi yang ditujukan kepada Kementerian Sosial itu.
Sepak terjang Drs Suyudi atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Raden di dalam karyanya yaitu Serial SI UNYIL telah melegenda.
Beliau melalui serial Si UNYIL berusaha mendidik bangsa dan karenanya beliau pantas untuk diberi gelar PAHLAWAN BUDAYA.
Hal ini juga disampaikan oleh budayawan Jajang C. Noer dalam kalimatnya, "Beliau ini pahlawan budaya karena karya-karyanya bisa mengubah hidup orang banyak."
Mari kita semua dukung beliau menjadi PAHLAWAN BUDAYA.
Berikan yang dukungan Anda semua sebagai bentuk perhatian kepada beliau karena SI UNYIL secara tidak langsung menjadi bagian dari proses tumbuh kita.
#pakradenpahlawanbudaya
Hingga berita ini dimuat, Rabu (4/11/2015), tercatat sudah 16.769 orang yang menandatangani petisi.
Rata-rata mereka yang telah menorehkan tanda tangan pada petisi ini sepakat bahwa Pak Raden melalui tokoh Si Unyil telah menjadi bagian dari pendidikan moral anak-anak Indonesia.
"Pak Raden adalah orang yang sangat berjasa dalam dunia pertelevisian, khususnya acara untuk anak. Bahkan, saya pernah mendengar bahwa beliau tidak menerima royalti sepeser pun dari profesinya ini. Bukankah sangat luar biasa, sekaligus miris. Berkat beliau, saya mengenal indahnya masa kanak-kanak lewat serial 'Si Unyil', ceritanya ringan dan mengangkat tema kehidupan sehari-hari. Sangat jauh bila dibandingkan dengan tontonan televisi masa kini yang sudah jarang menyediakan tontonan yang kayak untuk anak-anak. Oleh sebab itu, saya merasa bersyukur karena sempat merasakan masa-masa itu. Setidaknya, apabila beliau ditetapkan sebagai pahlawan budaya, kita bisa memberikan persembahan terakhir, sekaligus memperkenalkan sosok Pak Raden dan segala jasanya kepada anak cucu kita nanti," ucap Nadia Khairunisa Widyaprasty, tentang alasannya menandatangani petisi.
Drs Suyadi menciptakan Si Unyil pada tahun 1980-an. Si Unyil diciptakan sebagai acara pendidikan untuk anak-anak Indonesia. Dia juga dikenal sebagai Pak Raden dalam acara Unyil.
Kemudian, Si Unyil diformat ulang pada tahun 2000-an agar sesuai dengan format digital sehingga tetap dapat dinikmati anak-anak Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News