Bob, bassist grup musik punk kolektif Marjinal, memandang bahwa isu SARA di masyarakat terjadi akibat kondisi politik yang tidak sehat. Ujung-ujungnya, masyarakat sendiri yang menjadi korbannya.
"Isu SARA saat ini sangat politis. Masyarakat jadi korban, kita tidak bisa tinggal diam, kita menyuarakan dengan cara yang kita bisa, kami lewat lagu, lirik. Di album baru kami (Anti Fascist and Racist Action), menyuarakan ayo kita rayakan perbedaan, kita tinggal di tanah yang sama, minum air yang sama, dan menghirup udara yang sama, pada saat mati pun kita sama-sama menjadi tulang-belulang,” kata Bob saat ditemui Metrotvnews.com, di markas Marjinal Taring Babi, pada Selasa (3/1/2017).
Bob berpendapat masalah sosial tidak lepas dari efek buruknya pendidikan di Indonesia. Dengan pengetahuan dangkal, manusia lebih mudah terpecah-belah.
"Semua masalah (berpangkal pada) edukasi masyarakat, dengan biaya pendidikan mahal, banyak yang tidak bisa sekolah, edukasi terhambat, disusupi isu agama. Ketua-ketuanya (oknum yang menjadikan agama sebagai tameng dalam memecah-belah) menurut gue sangat jahat, karena di balik itu semua ada bisnis. Seperti perang, kalau perang tidak ada, yang pusing orang yang menjual senjata.”
Marjinal baru saja merayakan 20 tahun berkarya. Mereka menandai perjalanan karier dua dekade dengan merilis album Anti Fascist and Racist Action. Materi dalam album itu menyorot berbagai permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia, termasuk lunturnya persatuan.
.jpg)
Bob Marjinal dan sampul album Anti Fascist And Racist Action (Foto: Metrotvnews/Shindu)
Selain aktif bermusik, Marjinal juga mengelola komunitas Taring Babi yang berakar pada semangat berdikari, dan kreatif. Pusat kegiatan Taring Babi terletak di tempat yang sama dengan markas Marjinal, di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id