Dalam pameran ini ditampilkan koleksi Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan yang sudah menjadi Cagar Budaya Nasional pada 2022 dan sketsa karya pelukis yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta periode 1964–1965, Henk Ngantung.
"Saya berharap pameran ini mampu memberikan pengetahuan dan inspirasi yang tercipta atas kemampuan berpikir para maestro seniman pendahulu kepada para seniman masa kini," kata Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Sri Kusumawati dalam keterangan tertulisnya.
Pameran ini coba mendialogkan karya dari masa lalu dengan masa kini dalam konteks sejarah sebagai sebuah peristiwa yang membentuk peradaban seni. Sudjud Dartanto dan Dayna Fitria Ananda ditunjuk sebagai Kurator dan Co-Kurator pameran.
"Pameran ini menghadirkan koleksi 'Founding Text', yaitu karya-karya dari mereka yang dikenal berpengaruh dan menjadi bagian penting dalam mengorkestrasi sejarah seni rupa modern Indonesia. Terminologi ‘founding teks' ini diambil dari vokabulari akademik yang menunjuk pada pemikiran dalam bentuk tulisan yang memiliki pengaruh kuat pada pembentukan pemikiran selanjutnya," jelas Sudjud Dartanto dan Dayna Fitria Ananda.
Sejumlah karya dari seniman muda juga ditampilkan di acara ini. Sebut saja seperti Antin Sambodo (media keramik), Evy Yonathan (media keramik), Gelar Soemantri (media digital), Dwi Tunggal, Nawa Tunggal x Dwi Putro (media kanvas), Lenny Ratnasari (media patung dan digital), Radetyo 'Itok' Sindhu Utomo (media objek), Yudi Sulistyo x Arif 'Bachoxs' Witjaksono (media objek dan digital).
"Melalui pameran ini kami ingin para pengunjung mendapatkan pengalaman, menikmati dan menginterpretasi karya seni dari seniman dan pekerja seni. Semoga ini bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Seniman muda berbakat Gelar Soemantri dalam pameran ini coba menghadirkan karya yang pernah ditampilkan di Jawa Timur Biennale. Materi berjudul "Kun Fayakun (Remix)" coba mengarsipkan kembali karya para maestro Indonesia.
"Dengan mengumpulkan foto-foto lukisan karya maestro Indonesia seperti S. Sudjojono, Affandi, Basoeki Abdullah, Dullah, Kartono Yudhokusumo, dan lain-lain. Itu merupakan wujud lain dari pekerjaan dasar jurnalistik yang dimiliki, sebagai sebuah cara untuk menelusuri, mengenal, dan mengapresiasi seni lukis Indonesia. Bentuk apresiasi ini adalah dengan membuat imajinasi baru, dengan menambahkan aset animasi baru pada foto lukisan," ujar Gelar Soemantri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News