"Saya sebenarnya telah pindah ke Pondok Labu, Jakarta Selatan, tetapi kartu tanda penduduk (KTP) saya masih Cibubur. Jadi, saya nyoblos di sana bersama Mas Dwi, ibu dan keluarga besar," katanya saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Momentum khusus itu juga dimanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan tetangga di sekitar tempat tinggal orangtuanya.
Sejak duduk di bangku SMP, Widi tinggal di Cibubur sehingga cukup mengenal tetangga dengan baik.
"Jadi, momentum nyoblos kemarin ini seru karena bertemu dengan tetangga yang lain, diajak mampir, tapi sayangnya gerimis. Jadi, kami hanya sempat menyapa sebelum kemudian berlarian pulang," ceritanya.
Cerita unik lain, ketiga anaknya, Dru Prawiro Sasono, 8, Widuri Putri Sasono, 6, dan Den Bagus, 2, turut mencelupkan jari ke tinta ungu.
"Mereka ingin ikut-ikutan yang dewasa, seolah-olah sudah ikut mencoblos," gelak dia.
Tidak ketinggalan Widi juga mengabadikan peristiwa bersejarah itu melalui bidikan kamera yang kemudian dia bagikan di akun media sosialnya.
Dia juga sempat melakukan live Instagram sepulangnya dari TPS.
Terlihat ketiga anaknya menikmati suasana Cibubur.
Keterbukaan
Khusus untuk kedua anak yang sudah menginjak bangku sekolah dan bergaul dengan lingkungan yang lebih besar daripada keluarga, Widi memberikan bekal pengetahuan tentang toleransi dalam menghadapi perbedaan seperti perbedaan agama dan suku.
Pengetahuan tentang keberagaman yang diterima anak tidak akan sampai di telinga orangtua jika anak tidak nyaman berbicara apa saja.
Oleh karena itu, menurut Widi, pekerjaan rumah yang utama ialah membuat anak nyaman mengemukakan pikiran.
"Widuri lebih berani speak up. Memang tidak bisa disamakan dengan kakaknya. Itu tantangan saya sebagai orangtua mengapa anaknya lebih menurut tapi lebih tidak berani ngomong. Saya jadi introspeksi apakah sebagai orangtua sudah cukup demokratis sehingga mereka nyaman untuk bicara atau tidak," kata Widi saat peluncuran Pond's Age Miracle di Hotel Dharmawangsa Jakarta Selatan, Selasa (14/2).
Salah satu contohnya ialah saat anak-anaknya bertanya mengenai Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Widi bercerita, "Anak pernah tiba-tiba bertanya Ahok itu kenapa sih?' Nah, orangtua harus menjelaskannya bagaimana? Pertama mereka harus tahu siapa itu Ahok, lalu akan berbicara tentang etnik dan agama. Topiknya akan jadi luas, tapi paling tidak anak-anak sadar dengan topik yang sedang hangat di rumah sehingga itu memudahkan kita untuk berinteraksi, terutama tentang toleransi."
Widi juga melihat orangtua tidak boleh mengabaikan topik keberagaman seperti ini.
"Kalau orangtua tidak mau tahu, nanti orangtua akan kehilangan kesempatan menjelaskan itu ke anak-anak. Asal penjelasannya sesuai dengan porsinya," tutup Widi. (Nia Janiar/Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News