Muhibah Budaya Jalur Rempah digelar dari 1 Juni 2022 hingga 2 Juli 2022 dengan menggunakan kapal legendaris KRI Dewaruci milik TNI AL. Kegiatan ini menyusuri enam titik Jalur Rempah yakni Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Neira, dan Kupang serta dijadwalkan kembali ke Surabaya.
Selain menyusuri jalur rempah, program ini menelusuri seni dan kebudayaan di tempat yang disinggahi. Hal ini menjadi penting untuk melestarikan sejarah budaya dan kesenian seperti musik hingga tari.
"Ini satu program penting, bahwa nanti dari kesultanan bisa menceritakan kisah-kisah sejarah dan berbagai hal pada anak-anak sekolah, dan ini sedang dirancang. Kita sedang merancang muatan lokal dalam pendidikan, sejarah budaya, dan muatan adat, kesenian, tradisi kita ini menjadi bagian gaya hidup anak-anak kita, sehari-hari," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam keterangan tertulisnya.
Hilmar Farid ikut hadir bersama Direktur Pemanfaatan & Kebudayaan Restu Gunawan, dan Direktur Perfilman, Musik & Media Baru Ahmad Mahendra, serta pejabat setempat. Mereka kemudian mempertemukan empat Kesultanan Maluku Kie Raha, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Pertemuan tersebut dilakukan saat gala dinner di atas geladak KRI Dewaruci yang bersandar di Pelabuhan Trikora, Tidore.
Pertemuan empat kesultanan ini menjadi sejarah sebab merupakan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Di atas geladak kapal, empat kesultanan tersebut merundingkan dan membahas tentang pemajuan kebudayaan Maluku Kie Raha sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi percontohan daerah-daerah di provinsi lain.
"Upaya untuk melakukan pelestarian budaya itu, adalah upaya bersama. Pemerintah pusat tidak akan bisa berjalan sendiri dan memerlukan upaya bersama terus menerus, meningkatkan kolaborasi, karena harapan saya tentu pertemuan yang baik ini menjadi titik awal untuk sama-sama melihat, proses, yang akan gemilang ke depannya," jelas Hilmar.
Maluku Kie Raha adalah istilah untuk menyebut empat kerajaan di Maluku pada zaman bahari yang sangat berpengaruh secara politis dan ketatanegaraan, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Sebagai sebuah titik penting dalam jalur pelayaran rempah, kehadiran orang asing (Jawa, Cina, Arab, dan Eropa) pada abad ke-14-17 yang membawa budaya dan bahasanya serta berinteraksi dengan budaya lokal dengan membentuk budaya.
Sejarawan Adrian B Lapian, menyebutkan Mpu Prapanca dalam Negarakertagama pada tahun 1365 menulis tentang "Maloko" yang dapat disamakan dengan Ternate. Namun, Maluku untuk selanjutnya diterima sebagai konfederasi Maluku Kie Raha yang merupakan empat gunung di Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News