Momen tersebut dia ceritakan kepada jurnalis Medcom.id melalui wawancara eksklusif di program Shindu’s Scoop yang tayang di YouTube Medcom.id.
Berdasarkan pengalamannya, dia membuat lagu “Pantang Mundur” yang mengisahkan perjuangan mendamaikan kondisi sosial masyarakat Irian Barat yang terpengaruh penjajahan Belanda.
“Itu adalah lagu tahun 1963, saya dengan band dari RRI, ada Bing Slamet, Sam Saimun, ada Sri Rejeki apa siapa penyanyinya perempuan dua, terus musisi ya, ada bawa piano, gitar, bas pergi ke Irian Barat. Irian Barat masih dipegang oleh UNTEA. UNTEA itu tentara dari PBB, jadi belum resmi Belanda ngasih ke Indonesia,” kata Titiek saat menjelaskan kronologi perjalanan tugasnya di sana.
Titiek mengaku kaget dan khawatir ketika pertama kali mendarat di Irian Barat. Tim yang ditugaskan ke sana, termasuk rombongan musisi yang diutus mendapat ancaman pembunuhan.
Sementara itu, dia merasa sedih melihat kenyataan di lapangan bahwa banyak masyarakat di sana yang kecanduan minuman keras.
“Sore-sore lewat itu orang bawa box gitu ya sama minuman. Orang dibikin bodoh dibikin mabuk,” papar dia sambil memperagakan tingkah laku masyarakat waktu itu.
Meski demikian, Titiek dan rombongan musisi tetap melanjutkan pentasnya untuk bernyanyi. Mereka sedang tampil di atas kuburannya karena di bawah panggung telah ditaruh sebuah kotak berisi penuh dengan granat.
“Bawahnya stage itu satu keranjang granat. Tinggal dicetet, boom habis. Siji ae wis mati kok yo (Jawa: satu saja sudah bikin mati),” ungkap Titiek.
Propaganda Belanda
Penampilan Titiek dan kawan-kawan berhasil mempengaruhi masyarakat Irian Barat yang terbelenggu oleh tipu daya penjajah Belanda.
Salah satu pernyataan seorang tentara kala itu mengatakan bahwa warga di sana tidak ada yang mau bergabung dengan Indonesia karena dicekoki propaganda Belanda.
“Tidak satu pun orang Irian yang mau masuk Indonesia karena Belanda bilang ‘Orang Indonesia itu makan orang, jadi jangan mau ke Indonesia’. Begitu kita nyanyi pakai koteka... jadi hati dia kesentuh oleh kita,” ucap Titiek.
Perempuan yang baru merayakan ulang tahun pada 1 November lalu itu menyebut kontribusi musik untuk mengajak orang Irian Barat bergabung dengan Indonesia lebih besar dibandingkan pasukan tentara yang ditugaskan di sana. Hal ini berdasarkan pengakuan personel tentara itu sendiri.
Baca juga: Sering Kena Hoaks Meninggal Dunia, Titiek Puspa Bilang Begini |
Sementara itu, lagu “Pantang Mundur” disusun dalam memori ingatan Titiek ketika menaiki becak, yang saat itu sedang menyaksikan seorang ibu hamil yang berpamitan dengan suaminya yang berprofesi sebagai tentara untuk pergi dinas.
Kemudian lagu itu baru ditulis saat tiba di rumahnya di Jalan Raden Saleh Cikini, Jakarta Pusat. Dengan modal ingatan ketika menggubah syair lagu dalam lisan, Titiek tidak merasa kesulitan ketika menuangkan lirik tersebut dalam tulisan.
Titiek Puspa merilis album kompilasi terbaru yang terdiri dari 12 lagu lawas hit karyanya dengan bertajuk Legacy: Greatest Hits Vol. 1. Dia pernah mendapat penghargaan bergengsi dalam dunia musik, salah satunya yaitu BASF Award ke-10 untuk kategori Pengabdian Panjang di Dunia Musik pada tahun 1994.
Abdurrahman Addakhil
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News