"'Polydemic' yang berperan sebagai leading single dalam album mini ini memberikan pesan dalam tiap aransemen bahwa suatu hal yang berurutan, tertata rapi, dan terkonstruksi dengan mudahnya dan sekejap mata, bisa menjadi berantakan, kacau, dan abstrak. Dan sebagai manusia, konstruksi dan dekonstruksi adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dilepaskan," tulis Direct Action dalam keterangan pers.
"Polydemic" sendiri merupakan bahasa yang disusun dari "Poly" yang berarti poliritmik dan "demic" yang diserap dari kata "pandemic." Kata "Polydemic" menjadi pengingat proses pembuatan lagu ini dilakukan pada masa pandemi covid-19.
Secara musikalitas, judul "Polydemic" juga merepresentasikan musik terbaru dari Direct Action yang memberikan kejutan di luar pola-pola yang ada.
“Secara musikal, ada istilah polyrhythm (bahasa inggris dari poliritmik); di mana dua atau lebih pola ritme yang berbeda dimainkan secara bersamaan. Dan menciptakan perasaan yang kompleks namun bervariasi dalam musik. Poliritmik sering juga digunakan dalam musik etnis. Dan komposer modern menggunakannya untuk menciptakan efek musikal yang lebih menarik.”
"Apabila anda mendengarkan ‘Polydemic’ dari awal hingga akhir, ada beberapa bagian yang membangun perasaan pendengar, lalu 'BOOM!'–ekspektasi anda tentang arah lagu akan hancur seketika," kata Tyo Nugros.
Track kedua dari album ini, "Masonethics" memperdengarkan kemampuan mumpuni dari Tyo Nugros sebagai drummer. Mengingatkan kembali bahwa Tyo masih berada dalam jajaran terbaik drummer Indonesia.
"'Masonethics' yaitu terdiri dari elemen sound dan style bermusik, ada pola ketukan ganjil (odd times signature), ada unsur permainan drum latin dan ada sentuhan musik metal disitu (permainan double bass drum), semua diramu jadi satu," jelas Direct Action.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News