“Aku merasa kehidupan pribadi dan karier sudah cukup istimewa dan murni. Aku punya beberapa kesulitan dalam lubuk hati terdalam,” ujar Akini Jing dalam wawancara eksklusif dengan Medcom.id
“Ini lebih seperti tentang dunia, aku merasa mati rasa sebagai manusia dan merasa mati rasa sebagai pencipta, penulis lagu, dan musisi.”
“Jadi, aku mencoba mencari cara untuk memberikan cakrawala baru, perspektif baru, dan waktu itu,” ujar Akini tentang gagasan kreatifnya yang dituang ke dalam musik.
Baca juga: Dua Lipa Bocorkan Detail Album Terbarunya, Radical Optimism |
Sebelum menjadi musisi, Akini Jing menceritakan dirinya pernah bergabung di Microsoft untuk uji coba program Artificial Intelligence, Xiaobing. Hal tersebut membuat perspektif pengalaman kerja yang berbeda dibandingkan bidang musik.
“Aku diundang untuk bergabung dengan program AI Microsoft untuk melatih AI mereka, Xiaobing (dalam) menulis puisi sehingga pengalaman kerja itu memberiku perspektif yang sangat berbeda,” ujarnya.
Setelah pengalaman kerja itu, musisi di bawah label 88rising ini mencoba pengalaman kerja baru untuk membangun karakternya.
“Jadi, aku putuskan untuk membuat karakter yang berubah, bukan sudut pandang manusia,” ujarnya.
Akini Jing mengatakan telah merilis tiga album, yaitu Plastic Heaven, Endless Farewell, dan terbaru Villain.
Ia menuturkan nama Akini Jing dan Zhu Jingxi memiliki kesetaraan yang sama sehingga tidak dapat terpisahkan.
“Saat ini aku merasa seperti Zhu Jingxi dan Akini Jing, mereka semakin suka muncul bersama,” ungkap seniman multidimensional itu.

Akini sendiri saat ini fokus pada karakter cyberpunk yang telah dia konstruksikan selama ini, lengkap dengan musikalitas dan visual yang mendukung. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Akini, membuatnya terlihat berbeda dari musisi kebanyakan.
“Aku suka menciptakan lebih banyak persona, tetapi sekarang lebih fokus pada Eastern Cyberpunk.”
Konsep cyberpunk dielaborasikan Akini Jing dengan filosofi bela diri Wuxia dari Asia Utara. Akini Jing menuturkan kekagumannya pada seni bela diri, Wuxia. Ia suka Wuxia karena seni bela diri itu berbicara filosofi yang mendalam.
"Aku pikir budaya Wuxia adalah seni bela diri yang berbicara kepadaku secara filosofi dan spirit,” ucapnya.
Wuxia adalah ilmu bela diri yang didapat melalui meditasi, belajar teknik-teknik pedang, panah, dan lain-lain. Bela diri ini sudah terkenal dan tersebar luas sejak zaman kerajaan di Asia Utara, sejak masa lampau.
Baca juga: Trio J-Pop Number_i Rilis Debut GOAT |
(Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News