Andi Rianto.(foto:Antara/Teresia May)
Andi Rianto.(foto:Antara/Teresia May)

Sulitnya Menghidupkan Industri Musik Anak-Anak

Agustinus Shindu Alpito • 02 Juni 2014 11:40
medcom.id, Jakarta: Kini industri lagu anak-anak sudah bisa dibilang mati suri. Selain tidak ada regenerasi pencipta lagu anak-anak yang produktif, tidak ada lagi penyanyi cilik yang mampu menjadi trensetter di kancah musik anak.
 
Akibatnya, kini anak-anak menjadikan lagu orang "dewasa" sebagai nyanyiannya sehari-hari. Lirik lagu orang "dewasa" yang bertemakan cinta juga dianggap kurang mewakili dunia anak-anak.
 
Bagi mereka yang hidup di generasi 90-an mungkin masih bisa menikmati karya lagu dari Papa T Bob yang dibawakan oleh Joshua, Enno Lerian, hingga Bondan Prakoso. Setelah era Papa T Bob nampaknya kita sulit menyebutkan pencipta lagu yang represetantif dengan dunia anak.

Upaya penyelamatan generasi penerus bangsa melalui musik sempat dilakukan beberapa band besar tanah air. Pada tahun 2008 Naif secara heroik membuat album lagu anak-anak yang bertajuk Bonbinben, sebanyak delapan lagu sarat pesan berhasil ditembakan Naif ke pasaran. Namun sayang, tak lama berselang, industri musik anak kembali surut.
 
Dua tahun kemudian, pada 2010 para "papa rock & roll" yang tergabung dalam band The Dance Company (TDC) juga mengikuti jejak Naif untuk merilis album anak-anak. Dengan delapan lagu, TDC berhasil merilis album dengan judul Anak Indonesia.
 
Konsep mereka sebenarnya cukup menarik ketika menggarap album anak-anak. Para personel TDC yang identik tampil cuek mendadak memiliki karakter dengan citra yang lekat dengan anak. Pongky berperan sebagai Pilot, Nugie sebagai petualang, Aryo Wahab sebagai guru olahraga dan Baim sebagai juru masak. Sayangnya, band yang terdiri dari para vokalis ini kemudian tidak melanjutkan aksinya merilis lagu-lagu anak di album selanjutnya.
 
Pada 2012 isu penyelamatan generasi cilik melalui musik kembali terdengar. PT BNI yang bekerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia merilis album yang berisikan karya-karya terpilih dari pencipta lagu anak legendaris, AT Mahmud. Album yang bertajuk Ambilkan Bulan itu melibatkan berbagai band premium Indonesia, seperti Sheila On 7, The Changcuters, /rif, hingga Superman Is Dead.
 
Jika kita melihat tiga upaya yang dipaparkan di atas, tampak bahwa penyelamatan musik untuk anak-anak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang lebih dulu dikenal dengan musik-musik yang "dewasa" pula. Sangat jarang terdengar kabar bahwa penyanyi anak-anak merilis lagu anak-anak. Sesekali mungkin terjadi melalui ajang pencarian bakat penyanyi cilik yang popularitasnya juga timbul tenggelam.
 
Lantas apa sebenarnya yang membuat industri musik untuk anak begitu lesu hingga akhirnya mati suri? Musisi, Andi Rianto, memberikan pandangannya bahwa hal ini dipicu anggapan bahwa industri musik untuk anak-anak kurang berkembang.
 
"(Tidak adanya generasi pencipta lagu anak) Karena mereka (para musisi) ngerasa (musik untuk anak) enggak ada pasarnya. Terakhir itu generasinya Papa T Bob. Saya rasa saatnya para musisi untuk menghasilkan karya untuk anak-anak karena penting untuk perkembangan generasi anak-anak," ujar Andi saat ditemui di kawasan Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIT)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan