Is yang menjadi vokalis membuka penampilan dengan membawakan "Karolina", sebuah lagu cinta dari album kedua Sore, Ports Of Lima. Is nampaknya benar-benar menghayati peran tribute untuk Ade Paloh. Dia memakai topi fedora dan memainkan gitar hollow, sebagaimana penampilan almarhum Ade.
"Saya udah mirip Ade belom?" tanya Is mengawali penampilannya.
Baca juga: Tampil di Konser Dewa 19, Steve Vai Puji Ahmad Dhani |
Kemudian Parade Hujan meneruskan penampilan dengan membawakan lagu klasik Sore, "Mata Berdebu" dari album debut Centralismo. Di tengah penampilan, Is menceritakan momen terakhir bersama Ade dan awal perkenalannya dengan Sore.
"Sebelum dia pergi (Ade Paloh), dia sempat konser bareng kami di Malaysia. Saya kenal sejak 2007 sebagai fanboy. Mari berdoa untuk bang Ade," ungkap Is.
Parade Hujan secara umum membawakan lagu-lagu hit Sore, seperti "Setengah Lima," "Etalase," "Merintih Perih," dan "Pergi Tanpa Pesan."
Saat melantunkan bagian lirik "Mungkinkah kelak berjumpa lagi?" di ujung chorus "Pergi Tanpa Pesan", suara Is bergetar. Dia tak kuasa menahan tangis dan bergegas ke bagian belakang menghadap drummer. Kemudian saat berbalik untuk melanjutkan lagu, getar suaranya masih terdengar.
Payung Teduh Terinspirasi Sore
Soal Payung Teduh yang terinspirasi Sore sebenarnya bukan hal baru lagi. Lagu "Menuju Senja" yang terdapat dalam album Dunia Batas ditulis Is karena terinspirasi lagu "Setengah Lima" milik Sore. "Setengah Lima" sendiri merupakan lagu yang terdapat dalam album kedua Sore, Ports of Lima.
Is merespons lirik “Mati suri di taman,” dari lagu "Setengah Lima" dengan lirik “Ada yang mati menunggu sore menuju senja.”
Album Dunia Batas dari Payung Teduh juga diproduseri oleh Mondo Gascaro, mantan personel Sore yang menjadi produser untuk album Centralismo dan Ports of Lima.
Baca juga: 5 Fakta Film Wuthering Heights, Kisah Cinta Tragis Margot Robbie |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News