Konser Tame Impala di Indonesia (Foto: MI/Ramdani)
Konser Tame Impala di Indonesia (Foto: MI/Ramdani)

Konser Tame Impala, Sebuah Perjalanan Transendental

Agustinus Shindu Alpito • 30 April 2016 13:12
medcom.id, Jakarta: Musik dalam peradaban manusia sering dimaknai sebagai sesuatu yang magis.
 
Pemaknaan terhadap musik pun sangat personal. Bagi penggemar musik, tentu mengerti jika label "transendental" disematkan untuk menggambarkan apa yang musik itu sendiri hadirkan.
 
Sebagian kawasan Jakarta, pada Jumat sore (29/4/2016) diguyur hujan deras. Tetapi, tidak di kawasan Istora Senayan. Pada hari itu, di Parkir Selatan Senayan, persis di samping Istora Senayan, digelar konser musik dari grup asal Australia, Tame Impala.

Grup bentukan Kevin Parker ini datang untuk kedua kalinya ke Jakarta, setelah tandang pertama di tahun 2011. Jika kala itu mereka hanya berbekal materi album debut, tidak kali ini. Kini mereka sudah memiliki tiga album dengan lagu hit berlimpah.
 
Dengan membawakan 16 lagu, termasuk dua encore. Tame Impala memainkan seluruh hit dari dua album terakhirnya.
 
Tame Impala adalah konsep matang yang dipikirkan betul oleh Kevin dan rekan-rekannya. Termasuk dalam konser mereka di Jakarta. Meski tidak bermain di atas panggung mewah dan megah, bukan berarti Tame Impala tidak memikirkan secara rinci aksi panggungnya.
 
Sebelum tampil, para kru panggung mereka wara-wiri di atas pentas dengan menggunakan jas laboratorium. Mengisyaratkan persiapan penuh perhitungan demi sebuah eksperimen gila sedang dilakukan.
 
Menyaksikan konser Tame Impala bukan saja perkara audio. Pengalaman visual mereka geber habis-habisan demi berlangsungnya sebuah pertunjukkan yang maksimal.
 
Tata visual yang disuguhkan tidak main-main. Spektrum garis, lingkaran, dan warna-warna kontras dengan saturasi tinggi terus memenuhi latar panggung yang ditembak proyektor. Suasana psikedelia yang sangat mengagumkan. Efek visual terus berganti tiap lagu, bahkan sesekali bergerak seirama mengikuti lantunan musik.
 
Tame Impala membuktikan, bahwa musik sejatinya adalah perjalanan transendental bagi tiap individu yang mendengarkannya. Entah bagaimana cara mereka meramu musik, yang jelas Tame Impala sukses mengajak pendengarnya untuk melayang-layang dengan stimulan audio dan visual. Sejenak, terlintas sebuah pertanyaan, apakah pesta musik seperti ini juga yang dirasakan para hippie dari Generasi Bunga yang berkontribusi besar atas lahirnya psikedelia?
 
Penampilan Tame Impala di Jakarta kemarin adalah aksi terakhirnya dalam rangkaian tur Asia, sebelum melanjutkan perjalanan ke Eropa dan Amerika mulai Juni 2016. Grup ini sedang panas-panasnya, melahirkan karya-karya yang terus disorot penggila musik dunia. Prestasi debut album Innerspeaker (2010) yang mendapat titel Album of the Year dari majalah musik bergengsi Rolling Stone versi internasional, plus dua album (Lonerism (2012), Currents (2015)) yang berturut-turut menembus nominasi Grammy Awards sudah cukup menggambarkan siapa Tame Impala.
 
Lepas dari itu semua, merekalah yang memberi bukti nyata bahwa memang benar adanya musik adalah sebuah perjalanan. Soal perjalanan seperti apa, tentu masing-masing punya makna tersendiri.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan