Setelah sukses dengan album Viva La Vida Vida or Death and All His Friends yang dirilis 2008 lalu, Coldplay mulai naik daun setiap tahunnya dan sukses seperti sekarang. Lagunya selalu memuncaki chart teratas setelah tidak lama dirilis.
Hal itu bisa membuktikan seberapa suksesnya Coldplay. Namun di balik kesuksesannya, Coldplay tidak terhindar dari para kritikus musik.
Melansir El Pais, seorang kritikus musik dari surat kabar Inggris The Guardian, Alexis Petridis, yang mengkritik Coldplay setelah mendengar album Music of Spheres yang dirilis 2021 lalu. Menurutnya, Coldplay terlalu bermain aman dan memilih penyanyi dengan pengikut media sosial dan pendengar terbanyak agar bisa tetap sukses, seperti hadirnya Selena Gomez dan BTS.
"Pasti ada lebih banyak cara yang layak untuk tetap berada di urutan teratas," kata Alexis.
Kritikan pedas untuk Coldplay juga datang dari seorang pembawa acara program musik Sofá Sonoro di radio Cadena SER Spanyol, Alfonso Cardenal. Ia membandingkan Coldplay dengan band lain dan mengkritik gaya bermusiknya.
"Coldplay adalah band yang mengincar sisi independen, bisa dikatakan begitu, tetapi kesuksesan tak terduga dari album pertama mereka (Parachutes) mengubahnya menjadi bintang, dan mereka memutuskan untuk bertahan di sana dengan menampilkan pop komersial. Radiohead memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sama setelah 'Creep' sukses besar, tetapi (mereka) lebih memilih eksperimen,” tutur Alfonso.
Selain kritikus musik dan tokoh publik, Coldplay juga pernah dikritik oleh rekannya sesama musisi, yakni Liam Gallagher. Kritikan dari vokalis band Oasis yang terkenal adalah saat diwawancarai oleh NME pada 2006 lalu.
“Chris Martin terlihat seperti guru Geografi. Apa itu dengan menulis lagu tentang perdagangan bebas? Bila (ia) ingin menulis sesuatu tentang itu, saya akan memberinya bantuan. Dasar bodoh,” ucap Liam.
Itulah beberapa alasan dari kritikan yang disampaikan oleh kritikus dan rekan musisi terhadap Coldplay. Namun kesuksesan Coldplay juga tetap tidak bisa disangkal oleh kebanyakan orang.
"Mengingat kesuksesan besar Coldplay, mudah untuk menyerang mereka dan mengatakan bahwa mereka telah menjual atau kehilangan martabat mereka. Namun jika kamu melihat karier mereka, album terbaru mereka tidak terlalu buruk. Music of the Spheres tidak akan menjadi karya penting di masa depan musik populer, tetapi aku juga tidak melihatnya sebagai kekejaman, seperti yang dikatakan banyak kritikus," ujar Gustavo Iglesias dari Radio 3 Spanyol kepada EL PAIS.
Coldplay sekarang sedang menggelar tur dunia mereka yang ke delapan bertajuk Music of Spheres World Tour. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang akan dikunjungi.
Coldplay akan manggung pada 15 November 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Daftar harga tiket konser juga telah dibagikan oleh pihak promotor, mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 11 juta.
(Rafi Alvirtyantoro)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id