Dalam peresmian Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) Bandung, Ahmad Dhani mengungkapkan banyak pencipta lagu yang tidak mendapat royalti performance secara maksimal. Dari Rp140 miliar royalti yang dikoleksi Lembaga Manajemen Kolektif, hanya sekitar Rp900 juta yang didapat dari sebuah konser.
Karena itu, Ahmad Dhani bersama pencipta lagu ternama Indonesia seperti Piyu Padi, Badai Eks Kerispatih, Rieka Roslan, Ari Bias, Posan Tobing dan yang lain ingin mereka mengurus royalti performance itu.
Ahmad Dhani lalu mengaku mendapat cerita dari Pay Burman jika mantan gitaris Slank itu tak pernah mendapat performing right. Pay mengonfirmasi cerita mantan rekannya di Ahmad Band itu.
"Memang kenyataannya seperti itu. Dalam performing right memang belum berjalan. Jadi bukan ke Kotak saja, tapi ke semua. Bukan hanya lagu gue saja, tapi juga semua pencipta lagu di Indonesia itu enggak ngerasain," kata Pay Burman kepada Medcom.
Pay merupakan sosok penting di balik kesuksesan band Kotak dengan memproduseri dan turut menciptakan lagu untuk mereka.
"Memang gue baca laporannya, itu belum berjalan. Kalau yang lain sudah. Performing right belum. Dari sekian lama. Mungkin kemarin Dhani mencontohkan gue. Tapi ini masalah banyak pencipta lagu di Indonesia," lanjut Pay.
Pay mengakui ikut mendukung gerakan organisasi yang diketuai Piyu Padi itu. Selama ini Pay merasakan pencipta lagu belum mendapatkan haknya dengan maksimal.
"Jadi seolah penampil sama pencipta lagu seperti ada (gap). Si performance bisa jalan terus, si pencipta lagu enggak. Kalau kaya gitu kan enggak normal. Makanya itu masalah yang harus dibenahi bersama," ucapnya.
AKSI sendiri sebelumnya ingin pencipta lagu mendapatkan royalti performance dari bayaran penyanyi yang membawakan lagu mereka. Pay pun berharap jumlah prosentase royalti itu bisa disepakati bersama antara penampil dan pencipta lagu.
"Bagi gue sah-sah saja. Dan itu harus menjadi standar dan berlaku umum. Intinya harus punya suara bareng-bareng," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News