"Yerry, salah satu vokalis utama kami, sedang berjuang dengan duka yang mendalam, alias galau. Sebagai rekan band, kami mendengarkan kesedihannya, yang akhirnya melahirkan ide untuk mengubah penderitaannya menjadi lagu. Ditengah pembicaraan tentang kelanjutan cerita trilogi, band menyadari bahwa romansa tidak selalu bersinar terang - ia juga bisa menjadi samudera badai dan mimpi-mimpi yang hancur." kata drummer Boni.
Menariknya, tema lagu itu seolah menjadi benar-benar nyata. Bukan hanya Yerry yang secara personal mengalami pergolakan hidup. Proses rekaman Lalahuta pun menemui tantangan yang tak kalah emosional. Komputer yang mereka gunakan untuk rekaman rusak.
"Kami dengan susah payah menyelamatkan rekaman kami meskipun komputer mengalami masalah besar. Di tengah kepanikan, ada sisi positifnya. Kami mengubah pendekatan kami untuk mengomunikasikan lagu ini."
Setelah berhasil menyelamatkan rekaman, Lalahuta justru berpikir untuk menghadirkan sosok kolaborator lain. Nama Rahmania Astrini muncul seiring kebutuhan vokal perempuan dalam lagu ini.
"Kami melakukannya untuk menghubungkan cerita ini dengan indah ke tengah-tengah trilogi cinta kami (yang menampilkan kehadiran seorang wanita). Selain itu, ini adalah pengalaman yang menyenangkan untuk berkolaborasi dengan Rahmania," jelas Boni.
Single ini diproduseri oleh trio penulis lagu dan produser, Laleilmanino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
