Acara yang digelar pada 30 Juli 2016 ini tentu saja membuat banyak orang terkesima. Tak sedikit di antara mereka berbagi keseruan Ijen Summer Jazz 2016 di media sosialnya, bahkan menjadi viral ke berbagai penjuru.
Event Ijen Summer Jazz 2016 yang bertempat di Jiwa Jawa Resort, Licin, Banyuwangi itu itu sukses membalut keintiman panorama dan keindahan Gunung Ijen bersama artis top seperti Syaharani & Queenfireworks (ESQI:EF) serta Nita Aartsen. Total kapasitas venue hanya 300 tempat duduk, pengunjung diajak merasakan sajian hiburan musik jazz dan budaya dengan cara tak biasa.
Kemasan acaranya pun sangat mumpuni. Tak ada lagi jarak yang memisahkan penonton dan artis yang tampil. Di sana penonton diajak dekat dengan alam sembari menikmati alunan musik jazz, ditambah lagi latar pemandangan volkano Ijen yang menawan. Semuanya berpadu cantik dengan empat gunung sekaligus, yakni Merapi, Raung, Ranti, dan Suket. Benar-benar menyenangkan.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Banyuwangi MY Bramuda mengatakan event ini merupakan pemanasan sebelum acara Banyuwangi Beach Jazz Festival, "Alhamdulillah acaranya sukses. Kegiatan ini murni dari swasta yang mensupport dan dimasukkan dalam Banyuwangi Festival. Konsep privat Jazz yang ditonton 300 orang dengan keindahan lereng Gunung Ijen ternyata banyak disuka penikmat jazz. Ini ajang pemanasan sebelum Banyuwangi Beach Jazz Festival 2016,” terang Bramuda, Minggu (31/7/2016).
Acara ini boleh dibilang pembuka kesuksesan pariwisata di Banyuwangi. Sebab, event ini popularotasnya sudah mendunia, begitupun dengan benchmark-nya. Seperti Amerika Serikat, pada 1969 Festival Music Woodstock kali pertama diadakan di sebuah desa bernama White Lake di sebuah kota kecil bernama Bethel. Festival bertema 3 Days of Peace & Music ini dihadiri kurang lebih 500.000 pengunjung yang menyerukan perdamaian dan menentang perang Vietnam.
Saat festival itu usai, Desa White Lake mendadak menjadi destinasi wisata unggulan baru. Utamanya bagi penggemar musik. Padahal, sebelum Woodstock digelar, nyaris tak ada yang peduli dengan desa yang terletak hanya beberapa puluh kilometer dari New York tersebut.
Festival Rio Carnival juga menjadi salah satu bukti lainnya. Karnaval yang diadakan di sepanjang jalan kota Rio de Janeiro, Brazil, ini bisa menyedot hingga 900.000 turis dalam tiap penyelenggaraannya. Dalam dokumen Plano de Turismo da Cidade do Rio de Janeiro (Perencanaan Pariwisata Kota Rio de Janeiro) disebutkan, ada peningkatan kegiatan ekonomi yang signifikan saat festival diadakan.
Hunian hotel meningkat hingga 90% dan festival ini memberikan 250.000 lapangan pekerjaan tambahan. Pada 2012, festival Rio menyumbangkan pendapatan sebesar 628 juta dollar pada ekonomi Brazil, meningkat 12% dari tahun sebelumnya. Karnaval terbesar di dunia ini juga menciptakan image bagus bagi Rio de Janeiro yang sebelumnya terkenal sebagai kota dengan tingkat kriminalitas tinggi.
Indonesia sendiri punya beberapa contoh menarik tentang bagaimana sebuah pariwisata event bisa sangat berhasil dalam menarik pengunjung. Salah satunya adalah Festival Java Jazz yang kini telah menjadi ikon baru dunia pariwisata event di Indonesia.
Pada 2010, ajang ini mendapat rekor dunia sebagai festival jazz Terbesar yang pernah diadakan, karena diisi oleh sekitar 1.300 musisi dengan 21 panggung dalam satu kawasan. Image baru pun terbangun, dan Jakarta mulai dikenal sebagai kota penyelenggara festival jazz terbesar di dunia.
"Keberhasilan inilah yang ingin ditiru Banyuwangi. Tahun ini ada 53 event yang menyemarakkan Banyuwangi Festival. Khusus musik jazz, kami punya Ijen Summer Jazz 2016, Student Jazz dan Banyuwangi Beach Jazz Festival," tambah Bramuda.
Belajar dari pengalaman even tahun sebelumnya, Banyuwangi kini melakukan persiapan jauh lebih matang. Mulai dari teknis event, infrastruktur penunjang wisata, sampai saluran pemasaran. “Melalui Banyuwangi Festival, kami ingin membuat hari biasa menjadi hari yang luar biasa bagi semua orang yang terlibat di dalamnya,” tutur Bram.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku cukup bangga dan memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan Bupati Banyuwangi. Meskipun usianya terbilang masih muda tapi dia sudah dua periode sukses menjadikan kota kecil di ujung timur Jawa ini membangun atmosfer pariwisatanya.
"Saya selalu bilang di mana-mana, sukses tidaknya daerah membangun Pariwisata itu tergantung pada komitmen CEO-nya. Begitu dia commited, maka semuanya bisa dilakukan dengan kekuatan dan kemampuannya," tukas pria asli Banyuwangi itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News