“Beliau (Djaduk Ferianto) penuh disiplin menyiapkan segala sesuatu secara perfeksionis,” kata Butet di rumah duka Dusun Kembaran, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, 13 November 2019.
Almarhum Djaduk dalam keseharian beraktivitas di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Padepokan tersebut didirikan oleh sang ayah, Bagong Kussudiardja. Djaduk dikenal sebagai sutradara hingga musikus. Ia menjadi pendiri grup musik Kua Etnika dan Sinten Remen.
Hidup di tengah keluarga seniman, Djaduk dikenal menggemari seni dan budayi sejak kecil. “Beliau sejak kecil (tertarik bidang seni dan budaya),” kata kakak kandung Djaduk, Otok Bima Sidharta.
Djaduk memang putra bungsu Bagong Kussudiardja. Ia menjadi anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dalam ingatan Otok, sang ayah tak pernah memaksa anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya sebagai seniman.
Otok mengatakan, empat anak Bagong memilih jalur seniman dalam menjalani hidup. Keturunan Bagong dibebaskan memilih jalan hidup masing-masing.
"Mbak Ita di bidang seni tari, saya di karawitan, Butet seni monolog, dan Djaduk musik jazz dan acapella," ujarnya.
Seniman Gregorius Djaduk Ferianto menghembuskan nafas terakhir pada Rabu, 13 November 2019 pukul 2.30 WIB. Almarhum Djaduk dikebumikan di makam keluarga, di Sembungan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News