Didi Kempot berkolaborasi dengan Ring of Fire Project dan Alit Jabang Bayi (Foto: Medcom.id/Shindu)
Didi Kempot berkolaborasi dengan Ring of Fire Project dan Alit Jabang Bayi (Foto: Medcom.id/Shindu)

Trauma Didi Kempot yang Melahirkan Karya

Kumara Anggita • 05 Agustus 2019 15:46
Jakarta: Di balik  kesuksesan Didi Kempot yang terus eksis hingga saat ini ternyata ada cerita pahit yang disimpan olehnya.
 
Sewaktu Didi kempot dan saudara-saudaranya masih kecil, orang tuanya berpisah. Hal ini meninggalkan jejak yang tak bisa dihilangkan begitu saja di hatinya.
 
“Ini pengalaman keluarga saya. Ibu bapak saya rumah tanga pisah di saat saya, kakak, dan adik saya masih kecil-kecil. Di situ kita hidup kadang ikut bapak kadang ibu. dengan situasi ekonomi yang sulit,” ungkapnya.

Situasi berat tersebut membuatnya harus turun langsung ke jalan menjadi pengamen. Pada masa itu pun, dia sering merindukan kedua orangtuanya.
 
“Bapak di Solo ibu di Ngawi. Bapak hidupnya masih nge-kost pindah dari kampung ini ke kampung ini. Di situ masa lalu keluarga kami. Akhirnya kita terjun ke jalanan. Ada cerita-cerita untuk pribadi saya. Satu kadang ada rindu dengan orang tua. Saya waktu itu ngamen di Jakarta. di Jogja. Sekitar (umur) 20 sekian,” kata Didi dalam wawancara dengan jurnalis Medcom.id, Shindu Alpito, dalam program Shindu's Scoop.
 
Dia kemudian mengungkapkan bahwa hidup di jalan telah membuatnya melahirkan lagu-lagu. Modalnya untuk menulis sangat seadanya. Dia menulis di bungkus rokok ketika inpirasi-inspirasi muncul.
 
“Gitar, pulpen, dan kertas sedapatnya."
 
"Bungkus rokok boleh. Kadang ngantongin buku,” ujarnya.
 
Salah satu lagu yang ditulis Didi semasa dirinya mengamen di jalan adalah Cidro, lagu itu digandrungi anak muda saat ini.
 
Dia berpesan pada semua orang bahwa ketika situasi tidak menyenangkan, jangalah untuk patah semangat. Tetap lah bersemangat dan bergoyang.
 
“Yang jelas kita jadi orang jangan rapuh, sekecewa apa pun beratnya, mumet-nya, yang penting tetap kita hidup, tetap semangat. Boleh patah hati tapi yang penting tetap goyang,” pungkasnya.
 
Didi mendapat julukan Lord of Brokenheart, juga Bapak Patah Hati, lantaran dianggap mampu konsisten menyuarakan isi hati mereka yang terluka karena cinta. Menariknya, fenomena Didi Kempot justru mewabah di kalangan anak muda kota-kota besar, banyak dari anak muda yang tetap menggemari lagu-lagu Didi Kempot meski tidak dapat berbahasa Jawa.
 


 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan