Pemilik nama Sayyid Mohammad bin Syagab Al-Idrus itu meramaikan industri musik Indonesia sejak 1981. Dengan gamis mentereng dan topi bundar khas, Rama Aiphama memberikan aksi panggung ikonik.
Menurut Viddy Supit, Sekretaris Jenderal Asosiasi Komunitas Musik Indie Kreatif (ASKOMIK), Rama Aiphama memiliki ciri khas dan banyak yang suka dengan lagunya. Keroncong modern adalah satu di antaranya.
"Ada tambahan sound-sound baru saat itu," ucapnya dihubungi Medcom.id.
Sementara itu, pendapat berbeda datang dari Bens Leo, pengamat musik. Menurutnya, Rama Aiphama dulu tak begitu populer dan tak memiliki lagu yang benar-benar hits di zamannya. Rama Aiphama unik karena kostum yang dikenakan.
"Rama Aiphama tidak terlalu populer, tidak memiliki superhit, yang unik adalah kostumnya. Bandingan uniknya dengan Farid Hardja dengan banyak lagu hitsnya," kata Bens Leo dihubungi Medcom.id melalui pesan elektronik.
Album debut Rama Aiphama, Ratna (1987) tak ikut mentereng seperti penampilannya. Peluncuran album itu dikatakan tak begitu bergaung dan kurang kuat.
Namun, namanya kemudian dikenal setelah membawakan ulang lagu Dinda Bestari karya Mus Mulyadi dan lagu keroncong modern Yen Ing Tawang Ono Lintang Cah Ayu.
Rama Aiphama telah dikembumikan di TPI Al Muchdar Cimanggis, Jakarta selepas salat asar, Rabu sore, 11 Maret 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News