MetroTVnews.com/Luhur Hertanto
MetroTVnews.com/Luhur Hertanto

Laporan dari Tokyo

Ketika Basquiat 'Melihat' Jepang

Luhur Hertanto • 31 Oktober 2019 09:00
Tokyo: Bagi banyak pekerja seni, Jean-Michel Basquiat adalah salah seorang seniman paling penting dan berpengaruh dalam perkembangan pop-art. Sejak kematian mendadaknya pada usia 27 tahun, karya-karya aslinya menjadi buruan kolektor sehingga harganya melonjak tinggi.
 
Hingga 17 November mendatang seratusan karya seni Basquiat sedang dipamerkan di sedang dipamerkan di Mori Art Center Gallery, Roppongi Hills, Tokyo. Selain lukisan yang dilukis di berbagai medium -termasuk tembok dan peti kayu- juga dipamerkan syair lagu-lagu rap yang Basquiat tulis di sobekan-sobekan buku tulis. Ada yang merupakan koleksi pribadi kolektor dan sisanya adalah koleksi museum-museum seni dari berbagai negara.
 
Tema sebagian dari 130 karya yang dipamerkan adalah pandangan Basquiat mengenai Jepang. Inilah alasan Mori Art Center Gallery memberi judul pameran yang berlangsung sejak 27 November lalu ini "Made in Japan". Salah satunya adalah lukisan berjudul "Onion Gum" yang merupakan kritik Basquiat mengenai dampak booming barang-barang buatan Jepang pada era 1980-an terhadap perubahan gaya hidup warga kelas menengah dan generasi muda Amerika Serikat.


Ketika Basquiat Melihat Jepang
Self Potrait karya Jean-Michel Basquiat (Foto: medcom.id/Luhur Hertanto)
 
Jean-Michel Basquiat adalah seorang seniman Afrika-Amerika yang lahir pada 22 Desember 1960 dari keluarga miskin di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Sejak kecil sudah sering berkunjung ke musium seni. Masa remajanya dilewatkan dengan mencorat-coret tembok gedung-gedung dengan cat semprot. Bedanya dengan teman-teman sebayanya, grafiti karya Basquiat merujuk ke isu-isu sosial dan politik yang dihadapi warga kulit hitam, ikon budaya pop dan mengutip ayat-ayat dalam Alkitab.
 
Akibat nilai sekolahnya yang selalu buruk, Basquiat sering dimarahi ayahnya hingga akhirnya minggat dari rumah sebelum menyelesaikan pendidikan SMA. Untuk mendapatkan biaya hidup, Basquiat menjajakan kartu pos dan kaos dengan gambar karyanya di jalanan kawasan Soho, NY. Pada saat itu dia memakai nama samaran SAMO dengan gambar mahkota di setiap karyanya yang didominasi figur topeng dan tengkorak dengan warna-warna suram.
 
Nasibnya berubah drastis ketika salah satu kartu-kartu pos bergambarnya sampai di Andy Warhol yang kala itu adalah seniman pop-art terkemuka. Berkat bimbingan langsung dari Warhol, bakat dan karier seni Basquait pun melesat. Salah satu pengaruh Warhol antara lain adanya warna-warna cerah tersembul di antara warna-warna suram yang merupakan ciri khas Basquiat sebagaimana terlihat dalam lukisan Self Potrait.
 
Mereka menggelar pameran karya kolaborasi beberapa tahun kemudian. Meninggalnya Warhol merupakan kehilangan besar bagi Basquiat. Kegundahannya antara lain dilampiaskan dalam lukisan berjudul Savoy.
 
Ketika Basquiat Melihat Jepang
Lukisan Onion Gum (Foto: medcom.id/Luhur Hertanto)
 
Lelang oleh Sotheby pada 2017 mencatatkan rekor harga tertinggi baru untuk karya seniman asal Amerika Serikat. Miliarder dari Jepang, Yusaku Maezawa, membeli lukisan Basquiat berjudul Untitled (1982) seharga USD110,5 juta. Khusus untuk karya Basquiat, rekor harga tertinggi sebelumnya adalah USD57,3 juta.
 
all photos:
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan