Menggeber penampilan band dari empat panggung. Hammersonic 2016 terasa lebih meriah dari gelaran sebelumnya. Sayang hujan sore hari sedikit mengusik pesta tahunan musik cadas garapan Revision Live ini.
Empat panggung terbagi di tiga lokasi berbeda. Panggung Soul of Steel berdiri di dalam ruangan Econvention. Sementara panggung lebih kecil Extreme Mosphit mengisi area sisi luar bangunan. Dua panggung utama, Hammer Stage bersisian dengan Sonic Stage berada di tengah taman Ecopark.
Menjelang sore hari, panggung Soul of Steel semakin jadi altar lini pendukung dari dalam negeri yang tampil, seperti Rezume, Taring dan Hellcrust dan Burgerkill.
Hujan yang mengguyur sore hari membuat massa berkumpul di dalam Econvention, terutama saat band asal Bali Rezume giliran di panggung.
Aula besar terisi penuh. Hanya sebagian bermoshing, sebagian lain duduk-duduk di deretan belakang. Bila Hammersonic masih digelar di Lapangan D Senayan, untuk menonton sambil lesehan tentu bukan pilihan menarik, meski energi sudah terkuras di area mosphit.
Hujan sempat reda sebelum magrib, dan sound system di Sonic Stage yang sempat sunyi kembali menderu. Area depan panggung kembali menjadi lantai moshing saat Rise of The Nortshtar menebar distorsi dari Sonic Stage.
Tapi massa berpakaian hitam-hitam kembali mengalir ke dalam Econvention di pertengahan penampilan Rise of The Northstar karena hujan deras kembali mengguyur.
Sayang, kerumunan yang sesak di ruangan Econvention pasif merespons Hellcrust yang sedang main. Situasi kembali memanas saat Burgerkill tampil sebagai band penutup konser di panggung Soul of Steel.

Burgerkill. (Foto: Agustinus Shindu A/MTVN)
Kesabaran para metal head kembali diuji hujan, ketika acara benar-benar terpusat di depan Hammer Stage dan Sonic Stage. Walls of Jericho yang seharusnya segera tampil pun tak kunjung muncul. Sekitar satu jam lebih, penonton diguyur hujan ringan. Namun, kali ini air tidak membuat lautan manusia di depan kedua panggung itu beringsut mundur.
Setelah Walls of Jericho berturut-turut tampil Leaves Eyes, Gorgoroth, dan Drowning Pool. Saat Asking Alexandria menghentak dari Hammer Stage, atmosfir mosphit baru benar-benar panas.
Massa ikut bernyanyi dari lagu ke lagu. Itu sepertinya membuat Denis Stoff dan kawan-kawan merasa puas.
"Ini pertama kali kami datang ke sini, di negeri kalian yang indah ini. Terima kasih sudah datang, kalian memang hebat," kata Denis di atas panggung.
Nomor I Won't Give In mengawali koor penonton. Kemudian disusul di antaranya nomor To The Stage. Di awal lagu, suara Denis sempat terutup suara distorsi gitar sampai-sampai dia bulak-balik memberi kode agar suara mikroponnya diangkat. Selang beberapa menit kendala teratasi, bule asal Ukraina itu langsung menggila. Permainan suara dan aksi panggungnya sangat energik.
Menggeram, berteriak, mengeluarkan suara monster kemudian bernyanyi merdu, berganti-ganti dengan cepat ia lakukan tanpa kehabisan nafas.

Asking Alexandria. (Foto: Agustinus Sindu A/MTVN)
Asking Alexandria layak dinobatkan sebagai rajanya Hammersonic 2016. Tak ada titah dari atas panggung yang benar-benar dipatuhi, seperti ketika sang vokalis Denis Stoff memegang mikrofon.
Karismanya bersinar, permintaannya kepada penonton pun seperti titah. Di tengah-tengah lagu To the Stage, Denis meminta penonton berjongkok, dan kemudian dengan aba-abanya melompat-lompat. Ratusan penonton pun rela saja menuruti. Pemandangan yang hanya ada di depan panggung Asking Alexandria.
Angra yang tampil setelah itu, bermain sekitar 10 lagu dengan durasi bak kereta api. Suffocation yang menjadi pamungkas ternyata justru bermain lebih singkat, sekitar enam lagu. Tak ada sambutan yang istimewa dari penonton. Mungkin karena band death metal asal Amerika ini sudah empat kali datang ke Indonesia.

Ricky Myers dari Suffocation.(Foto: Agustinus Shindu A/MTVN)
Dengan segala hormat kepada Angra yang bermain apik dan Suffocation yang tampil sebagai band pamungkas, kali ini Asking Alexandria adalah penguasa mosphit Hammersonic.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News