"Memang harusnya setelah Pilu Membiru karena di bagian pilu dipertemukan. Di stage of grief kita harus menyadari kita kehilangan karena di proses awal kita denial, padahal sudah meninggal. Setelah menerima, menghadapi, bersedih, baru bisa mengikhlaskan. Stage of grief dibuat seperti itu," kata Kunto Aji dalam jumpa pers usai konser di Jakarta Pusat.
Terapi hening dilakukan kurang lebih selama 10 menit bersama Adjie Santosoputro. Basketball Hall mendadak senyap, hanya Adjie Santosoputro yang berbicara memandu terapi. Kunto dari atas panggung dengan cahaya hijau mengikuti alur terapi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelumnya, Kunto Aji sudah merilis Pilu Membiru Experience dengan sejumlah cerita nyata. Kunto mengatakan, Pilu Membiru bukan sekadar menangis ketika mengalami trauma.
"Setelah itu kita mengikhlaskan. Makanya diletakkan setelah Pilu Membiru," kata Kunto.
Konser ini telah melalui riset dan melibatkan profesional di dalamnya, seperti Adhie Santosoputro, praktisi pemulihan batin lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setiap aksi panggung di lagu berbeda, Kunto turut melibatkan warna-warna khusus, termasuk semburat gerhana bulan penuh yang sempat kerap diunggah di media sosial.
"Tiap warna punya peran, cerita, masing-masing yang berpengaruh ke kondisi psikologis seseorang walau masih bisa dibilang pseudoscience. Saya memelajari hal itu yang akhirnya saya coba gali, selain solfeggio frequencies. Tujuannya memang untuk healing, menyembuhkan," kata Kunto.