Muhammad Tulus, begitu dia dikenal, adalah pria asal Bukittinggi yang kini menginjak usia sewindu berkarier di industri musik. Berulang kali Tulus memperkenalkan diri sebelum konser dimulai untuk sekadar mengingatkan dari mana dia berasal.
"Perkenalkan saya namanya Tulus. Di detik ini saya berusaha untuk sangat rileks sekali, karena seperti teman-teman lihat jantung saya berdebar," ucap Tulus dari atas panggung dengan setelan busana bernuansa hitam.
.jpg)
Tulus saat tampil di konser Monokrom, di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu, 6 Februari 2019 (Foto: Dok. Rajawali Indonesia)
"Saya lahir di Bukittinggi 20 Agustus 1987. Saya enggak pernah punya mimpi bisa bermusik tapi saya diberi tahu bisa bernyanyi oleh guru kelas saya sejak kelas 5 SD. Tapi tidak pernah terbayang oleh saya akan menggelar konser malam ini," ucapnya.
"Kalau teman-teman dengar lagu seperti Sewindu, Teman Hidup, itu lagu pertama saya. Lagu itu saya rekam di Bandung dan diproduseri 'kakak' saya, produser, sahabat saya yang bertindak sebagai produser, Ari Renaldi," imbuhnya.
Kali kedua mementaskan Monokrom, Tulus memberikan banyak kejutan manis untuk Teman Tulus. Segelintir Teman Tulus sesekali berpelukan manis ketika mendengar lagu Gajah, Teman Hidup, dan Monokrom, hingga melihat bukti cinta Tulus terhadap tanah kelahirannya. Kejutan itu tidak terlepas dari kolaborasi epik bersama paduan suara dan pentas boneka Papermoon.
Tulus Hadirkan Sosok 'Abak'
Sejak dilahirkan ke bumi, Tulus mengungkapkan dia tidak pernah melihat kakek, atau dalam sebutan orang Minang adalah Abak, dan Umi yaitu nenek. Bersama Papermoon Puppet Theater dari Yogyakarta, "Abak" hadir di pentas musik Tulus digambarkan dengan sosok boneka besar.
Papermoon "menghidupkan" jiwa Abak ketika iringan saluang, suling khas Minang ditiup mengiringi kehadiran abak di bawah sorot lampu biru, menemani Tulus membawakan lagu Monokrom.

"Abak" karya dari Papermoon Puppet Theater bersama Tulus (Foto: Dok. Rajawali Indonesia)
Abak kembali hadir ketika Tulus bercerita lewat Teman Hidup, lagu yang menjadi pijakan pertamanya di panggung musik sejak delapan tahun lalu.
"Abak. Saya tidak pernah bertemu (Abak) setelah saya lahir," ungkap Tulus.
Visualisasi Papermoon menceritakan kebersamaan Abak dan Tulus. Sementara itu, sejumlah boneka lain melebur bersama penonton membawa cahaya kecil.
"Teman-teman tidak boleh lagi ada yang merasa kesepian, sendirian, selalu ada yang sayang sama teman-teman, memperhatikan teman-teman semua, ketemu atau tidak ketemu," ucap Tulus.
Lagu-lagu Minang
Dalam repertoar lagu untuk konser Monokrom, Tulus memberi kejutan dengan membawakan lagu-lagu khas Minang secara medley. Sejauh yang saya tangkap, terdengar bunyi-bunyian dari lagu daerah Mudiak Arau dan Onde Mande.
Hal menarik lain adalah saat Tulus membawakan Langit Abu-abu secara akapela.
"Untuk lagu ini saya minta kalian untuk tahan tidak ikut bernyanyi," ucapnya, sambil bersiap bersama para paduan suara.
Istora disulap menjadi senyap dan Tulus memberikan performa terbaik dengan suara tebalnya. Dia menggemakan Langit Abu-abu, dan penonton hanya terdiam, sesekali terdengar suara sesenggukan dari baris belakang menyaksikan Tulus yang tampak seorang diri menggemakan suaranya. Seisi Istora seperti dibuat berdebar, kagum melihat Tulus bernyanyi tanpa iringan instrumen musik.
Orang Pertama yang Selalu tahu Lagu Baru Tulus
Rhino Renaldi adalah Teman Tulus yang selalu tahu lagu-lagu baru Tulus yang akan dirilis. Rhino diperkenalkan sesaat sebelum lagu Sepatu.
"Rhino selalu menjadi orang yang pertama kali tahu lagu-lagu baru saya, jauh sebelum lagu itu direkam, diedarkan," kata Tulus.
Tak ketinggalan, Tulus melibatkan Ari Renaldi di atas panggung. Sosok yang sangat berjasa dalam karier musik Tulus.

Ari Renaldi (tengah duduk) sosok yang turut membidani lahirnya karya-karya Tulus. (Foto: Dok. Rajawali Indonesia)
Ari Renaldi adalah lokomotif musik-musik Tulus. Karya musik Tulus tak pernah luput dari telinga Ari Renaldi, produser Tulus yang selalu menjadi pintu terakhir sebelum lagu dirilis. Ari ikut naik pentas mengiringi Tulus sebagai penabuh drum untuk lagu Satu Hari di Bulan Juni.
Sejak konser dimulai, penonton disambut alunan merdu instrumental lagu Tulus dari album pertama Tulus (2011), Gajah (2014), dan Monokrom (2016) yang dibawakan pemain instrumen musik secara medley. Paduan suara dan tim pemain musik yang berjumlah ratusan turut hadir di panggung menemani Tulus.
Sejumlah lagu dibawakan secara runtut dimulai dari lagu di album pertama seperti Jatuh Cinta, Kisah Sebentar, dan Tuan Nona Kesepian. Karya album kedua terwakilkan oleh lagu Gajah, Baru, Satu Hari di Bulan Juni, dan Bumerang. Dari album Monokrom hampir semua dibawakan kecuali Lekas, dan ditutup haru dengan lagu Manusia Kuat yang dibawakan bersama paduan suara. Terharu, Tulus menghapus air mata sesaat sebelum irama lagu berhenti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id