Salah satu perusahaan rekaman asal Indonesia, Demajors, yang berkomitmen penuh dalam penyebaran musik independen, tak mau ketinggalan. Demajors mendukung penuh para band dan juga artis yang berada di bawah naungannya yang ingin menjual lagu di berbagai layanan musik nonfisik, seperti iTunes, Guvera, Deezer, Rdio, dan juga YouTube.
Pendiri Demajors, David Karto, mengatakan, bisnis atau penjualan lagu melalui digital sebenarnya masih dalam tahap berkembang, belum bisa dikatakan mapan. Namun, perkembangannya amat pesat karena model kerja sama antara label rekaman dan berbagai layanan musik digital tak sulit.
“Untuk layanan internasional, standar kontrak mereka sudah baku, seperti dengan Spotify dan Deezer,” katanya beberapa waktu lalu di Jakarta.
David menjelaskan, kerja sama antara label rekaman dan layanan musik digital dibingkai dengan sistem bagi hasil. Biasanya, kata dia, angka pembagiannya berkisar antara 70 : 30. Sebanyak 70% penghasilan ke label dan artis, 30 % ke penyedia layanan.
“Ada juga yang 80 : 20, ada juga yang bisa langsung sign up, seperti TuneCore (distributor musik online), mereka jadi fasilitator dan kita bayar untuk sign up per lagu dan hasil penjualannya 100% milik si artis atau band.”
Meski termasuk mendapat porsi terbesar, David mengakui pendapatan dari layanan semacam ini belum besar, kecuali buat artis yang sudah punya nama besar pula.
"Secara bisnis sebetulnya nilainya belum terlalu terlihat, tapi ini masih terus berjalan. Ada yang bisa mendapatkan nilai yang cukup tinggi (dari hasil penjualan digital), tapi balik lagi tergantung hype-nya si band atau si artis. Tapi kalau dari segi pergerakan atau penjualan, masih dalam prosesnya, karena akses pembelian digital belum tentu dimiliki semua orang," ujar David.
Menurut David, walaupun proses penjualannya terlihat gampang, ada saja proses pembelian yang sebetulnya agak menyulitkan orang-orang di Indonesia. Contohnya, tak semua orang bisa membeli lagu dari iTunes jika tak punya kartu kredit.
"Jadi, masih segelintir orang saja yang sebenarnya bisa memakai layanan musik digital ini. Lagi-lagi, pengetahuan masyarakat soal layanan ini masih belum terlalu terbuka, masih banyak orang yang tidak tahu. Beda dengan di luar negeri, layanan seperti ini sudah menjadi lifestyle bagi mereka, dan semua orang sudah mengarah ke sana," ujar David.
David mengatakan, Demajors mendistribusikan musik secara online dengan tujuan agar masyarakat internasional yang memang suka dengan musik artis-artisnya lebih mudah mengaksesnya. Distribusi musik secara online juga lebih mudah dan murah.
Bagimana dengan artis, apakah mereka menganggap layanan musik digital sebagai peluang atau ancaman?
Duo musisi indie terkemuka, Endah N Rhesa, yang juga berada di bawah label Demajors mengaku turut berbahagia dengan kehadiran layanan musik digital. Mereka memilih bersikap terbuka terhadap perkembangan teknologi, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
"New media ini sangat membantu kami ketika musik kami dicari-cari orang. Pendengar kami akan dimudahkan untuk mencari musik yang mereka suka," ujar Endah.
Senada dengan David, Endah juga mengakui bahwa hasil dari penjualan digital untuk musik Endah N Rhesa belum terlalu signifikan. Dari data penghasilannya selama ini, Endah mengakui bahwa penjualan album fisik Endah N Rhesa masih menguntungkan.

"Kalau dibandingkan, penjualan fisik CD dengan digital, terus terang dari data yang kami dapatkan masih lebih menguntungkan CD. Karena, CD itu adalah fisik yang bisa kita bawa ketika kita manggung,” katanya.
Endah melanjutkan, pendapatan terbesar artis zaman sekarang masih dari manggung. Khusus untuk Indonesia, dia melihat keberadaan CD masih sangat dibutuhkan.
"Ketika itu (CD) menjadi sebuah hal digital, banyak sekali infrastruktur yang dibutuhkan pendengar untuk bisa membeli musik secara digital, dari hardware-nya, aplikasinya, sistem pembayarannya, koneski internetnya, dan memory card-nya, banyak sekali,” katanya.
Dalam jangka panjang, Endah optimistis, layanan musik digital akan berdampak positif bagi artis. Keberadaannya melengkapi kanal penjualan musi tradisional, seperti CD.
“Masalah benefit-nya mungkin belum terlalu terlihat. Tapi, setidaknya buat kami berdua selama musik kita bisa diaskes, selama orang bisa mendengarkan, melihat kami dan mungkin merasa ada ikatan dengan kami, mereka mungkin bisa berkontribusi lebih,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News