Buku tersebut dibuat oleh penggemar God Bless, yaitu Yosi Mahalawan,Budi Ace, Stanley Tulung, dan Agustino. Pembuatan buku telah dimulai sejak 2007, namun hingga kini masih dalam tahap revisi.
"Ide awal datang dari rekan saya, Agustino. Kita tergabung di God Bless Community. Saat itu, Agustino sudah mendapatkan izin dari Om Iyek (Ahmad Albar) sejak 2007. Lalu, kita mulai bergerilya mengumpulkan bahan dan mewawancarai personel God Bless sejak 2008. Pada 2013, draft kita sudah selesai, tapi karena God Bless tidak hanya bercerita tentang empat orang, jadi kita revisi lagi," jelas Yosi saat ditemui Metrotvnews.com, di Hard Rock Cafe Jakarta, Rabu, (3/6/2015).
Selama proses pembuatan buku, mereka kompak membagi tugas dan peran. Stanley Tulung, diberi tugas menemukan Ludwig, salah satu pencetus pertama God Bless, di Belanda.
Kemudian, pada 4 September 2014, tim ini kembali berjibaku mengumpulkan data demi merampungkan buku yang belum diberi judul itu.
Bagi Yosi, God Bless bukan sekadar musisi biasa, tetapi lebih sebagai penyampai pesan. Sebab, lirik-lirik lagunya sangat bermakna.
Sebut saja, lagu Rumah Kita yang bercerita tentang kehidupan yang dialami orang kebanyakan. Ada juga lagu yang bercerita tentang wajah Jakarta. Liriknya mengupas kehidupan sosial.
Terhitung sudah 42 tahun usia God Bless sejak didirikan pada 1973. Sudah teruji puluhan tahun, God Bless tetap utuh.
Kata Yosi, eksistensi God Bless terjaga berkat komitmen personelnya yang hanya terfokus pada urusan bermusik.
"Bagi saya, kata yang bisa menggambarkan God Bless adalah totalitas!" tegas Yosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
