"Kita lagi darurat sampah. Berkali-kali saya ke (Pantai) Kuta, mungut sampah. Kita enggak enak rasanya injak sampah," cerita Tony di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2018.
"Contoh lain di Belitung kita bersih-bersih saja, enggak usah berpikiran apa-apa," sambungnya.
Melalui musik reggae, mantan anggota Rastafara itu mencoba mengampanyekan Indonesia bebas sampah, yaitu edukasi melalui musik sekaligus menjadikan festival musik reggae di Indonesia lebih prestise untuk penikmat musik internasional.
"Dengan adanya reggae festival, yang tinggal di Bali mereka bisa edukasi saudara-saudarnya buat Bali lebih fresh. Melalui musik reggae bisa menjadi salah satu festival reggae terbesar di dunia," jelas Tony.
Baginya, reggae bukan sekadar selebrasi dan pentas musik. Tapi juga alat untuk memberikan edukasi kepada penikmatnya.
"Reggae tidak sekadar hura-hura. Ada sesuatu yang perlu diedukasi," kata Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News