NIKI (Foto: Instagram @nikizefanya)
NIKI (Foto: Instagram @nikizefanya)

Phil Collins Disebut "Pansos" oleh Fans NIKI, Musisi Tanah Air Ikut Angkat Suara

Elang Riki Yanuar • 16 Juli 2025 12:49
Jakarta: Media sosial kini tengah diramaikan kembali dengan perdebatan soal lagu legendaris "You’ll Be In My Heart" milik Phil Collins, usai sejumlah fans penyanyi Niki Zefanya (NIKI) menyebut lagu tersebut kembali populer berkat versi cover sang penyanyi asal Indonesia tersebut.
 
Pernyataan-pernyataan kontroversial seperti “lagu ini terkenal gara-gara NIKI”, “versi cover NIKI lebih enak daripada versi aslinya”, hingga “Phil Collins ikut pansos (panjat sosial)” mulai bermunculan di kolom komentar berbagai platform seperti TikTok, Thread, dan X (Twitter).
 
Padahal, lagu "You’ll Be In My Heart" yang dirilis pertama kali pada tahun 1999 itu merupakan salah satu karya solo paling populer dan terbaik dari Phil Collins. Lagu ini menjadi original soundtrack (OST) dalam film animasi Tarzan produksi Disney, dan sukses menyabet sejumlah penghargaan bergengsi, termasuk Academy Award (Oscar) dan Golden Globe untuk kategori Best Original Song.

Fenomena ini pun akhirnya memantik berbagai reaksi dan tanggapan dari sejumlah warganet hingga para musisi Tanah Air yang merasa perlu meluruskan informasi serta mengedukasi generasi muda soal pentingnya mengenal sejarah musik dan menghargai warisan dari musisi legendaris dunia.
 
baca juga: 
 
 

Tanggapan dari Musisi Tanah Air


Salah satu suara keras datang dari rapper senior Iwa K. Lewat akun X pribadinya, pelantun hit rap ikonik “Bebas” itu meluapkan kekesalannya terhadap komentar-komentar tidak berdasar dari fans NIKI yang mengatakan bahwa Phil Collins pansos.
 
"Gua mah yakin yang bilang Phil Collins pansos tuh nggak mewakili suara generasi sekarang; ini cuma mewakili sebagian yang gobl*k dari generasi sekarang aja," tulis rapper Iwa K di akun X @iwaktherockfish pada Selasa, 15 Juli 2025.
 
Tak hanya itu, dalam tulisannya Iwa K juga turut menyoroti mengenai fenomena media sosial saat ini yang kerap memelintir narasi, termasuk menyulap komentar keliru menjadi seolah-olah masuk akal.
 
"Gua sering kok ngobrol sama generasi sekarang yang cerdas-cerdas. Permasalahannya sekarang kan, narasi gobl*k pun bisa digoreng jadi narasi yang seolah cerdas di sosmed," tutupnya.
 
Tak hanya Iwa K, komentar juga datang dari musisi sekaligus aktivis Kartika Jahja yang dikenal sebagai pentolan band Tika & The Dissidents. Lewat akun Thread pribadinya, musisi yang akrab disapa sebagai Tika ini menilai bahwa komentar fans NIKI tersebut menunjukkan ketidaktahuan mereka terhadap sosok Phil Collins sebagai salah satu musisi legendaris dunia.
 
"Merespon tuduhan netizen-netizen belia bahwa Phil Collins pansos (panjat sosial) melalui Niki. Mereka tidak tahu siapa dia. Mereka hanya menganggapnya sekadar seorang boomer." = pffft," tulis Tika di Thread.
 
Sebagai seorang xennial (generasi yang berada di antara milenial dan generasi X), Tika juga menekankan pentingnya menghormati sejarah musik, meski kita tidak hidup langsung pada era keemasan musisi tersebut.
 
"Sebagai xennial, kita juga tidak hidup di masa kejayaan The Beatles. Kita lahir puluhan tahun setelah mereka bubar. Tapi, rata-rata dari kita tahu siapa itu The Beatles, The Rolling Stones, The Doors, dan The Supremes. Tau nama personilnya, lagu-lagu populernya, dan kita menghargai warisan musik mereka. Padahal kala itu belum ada internet . Hmmm, menarik juga untuk ditelaah kenapa demikian," tutupnya.

Mengenal Phil Collins: Legenda Musik di Balik Lagu "You’ll Be In My Heart"

Phil Collins Disebut Pansos oleh Fans NIKI, Musisi Tanah Air Ikut Angkat Suara
Phil Collins (Foto: Instagram @officialphilcollins)
 
Bagi Sobat Medcom yang mungkin belum begitu familiar dengan sosok Phil Collins, ia adalah salah satu legenda musik dunia yang kiprahnya telah membentuk lanskap musik pop dan rock sejak dekade 1970-an, terutama di genre progessive rock yang saat itu tengah menjadi sebuah tren musik di Inggris maupun industri musik internasional.
 
Phil Collins juga dikenal sebagi penulis lagu, sekaligus drummer asal Inggris yang dikenal luas sebagai anggota band progressive rock legendaris, Genesis. Ia pertama kali bergabung dengan Genesis sebagai drummer pada tahun 1970. Namun, ketika vokalis utama Genesis saat itu, Peter Gabriel, memutuskan hengkang pada tahun 1975, Phil Collins pun akhirnya didapuk oleh para personel Genesis lainnya untuk menjadi vokalis utama sambil tetap berperan sebagai penabuh drum.
 
Bersama Genesis, sosoknya dikenal dengan warna vokal yang emosional sekaligus penulis lirik yang dikenal lewat tulisannya yang personal. 
 
Tak hanya piawai dalam konteks bernyanyi, Phil juga dikenal sebagai drummer inovatif yang mempelopori penggunaan gated reverb, efek suara drum ikonik yang populer digunakan oleh banyak band progressive rock di era 1980-an.
 
Sejak dimotori oleh Phil Collins, Genesis pun berhasil menjelma menjadi salah satu band yang sukses mendominasi industri musik pada era akhir 1970-an hingga 1980-an. Mereka berhasil menelurkan sejumlah album ikonik, seperti ...And There Were There... (1978), Duke (1980), Abacab (1981), Genesis (1983), serta album fenomenal Invisible Touch (1986). Album Invisible Touch sendiri berhasil melahirkan sejumlah lagu hits yang mendominasi tangga lagu dunia pada saat itu, seperti lagu “Invisible Touch” dan “Land of Confusion”. 
 
Tak hanya sukses bersama Genesis, Phil Collins juga menjalani karier solo yang tak kalah gemilang. Ia merilis album debutnya Face Value (1981), yang langsung melejit berkat single legendaris “In The Air Tonight”. Album keduanya, Hello, I Must Be Going! (1982), memperkuat namanya di kancah musik internasional lewat lagu seperti “You Can’t Hurry Love”.
 
Puncak kesuksesannya sebagai solois pun terjadi pada tahun 1985, Phil Collins berhasil menyabet penghargaan paling prestisius di industri musik yaitu Grammy Awards. Lewat album bertajuk No Jacket Required, Phil berhasil menang dalam kategori Album of the Year. Prestasi ini pun sekaligus mengukuhkan namanya sebagai salah satu solois tersukses dekade 1980-an.
 
Selain itu, Phil Collins juga merupakan sosok drummer yang pernah berkontribusi membantu musisi-musisi legendaris seperti Eric Clapton, Robbert Plant (vokalis Led Zeppelin), hingga Brian Eno.

Penutup 

Fenomena viral mengenai sejumlah fans NIKI yang menyebut musisi legendaris Phil Collins panjat sosial "pansos" karena lagunya "You’ll Be In My Heart" kembali populer usai dibawakan ulang oleh NIKI, justru menjadi pengingat bahwa dunia musik selalu bersifat siklikal. Sebuah karya bisa lahir dan populer kembali, menemukan pendengar baru bahkan dari lintas generasi.
 
Pada akhirnya, baik Phil Collins maupun NIKI telah membuktikan satu hal: musik yang jujur akan selalu menemukan jalannya. Alangkah baiknya para fans juga juga meluangkan waktu untuk menelaah sejarah dan konteks dari karya-karya yang mereka dengar sebelum beropini di media sosial.
 
Menghargai warisan musik dari musisi senior bukan hanya soal nostalgia, tapi juga sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap para musisi legendaris yang telah berhasil membentuk lanskap musik yang relevan hingga saat ini.
 

 
(Basuki Rachmat)
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan