Tim Celine Dion menegaskan bahwa musik “Think Twice” tidak resmi dan dibuat tanpa keterlibatannya.
Melalui unggahan Instagram Celine, menyatakan bahwa ada lagu-lagu buatan AI yang mengklaim menggunakan suara, nama, dan citra sang penyanyi tanpa izin. Mereka menekankan bahwa rekaman-rekaman tersebut tidak asli dan bukan bagian dari diskografi resmi Celine Dion.
“Telah menjadi perhatian kita bahwa. Musik yang tidak disetujui, yang dihasilkan ai yang dimaksudkan mengandung celine dion. Pertunjukan musik, dan nama dan kemiripan, saat ini beredar secara online dan di berbagai digital. Penyedia layanan. Mohon diperhatikan bahwa ini. Rekaman itu palsu dan tidak disetujui, dan bukan lagu dari resminya. Diskografi,” tulis Celine Dion lewat akun Instagram pribadinya @celinedion pada, Sabtu 8 Maret 2025 menggunakan bahasa Inggris.
baca juga: Celine Dion Ceritakan Perjuangannya Melawan Penyakit dalam Film Dokumenter |
Meskipun timnya tidak menyebutkan lagu tertentu, salah satu lagu buatan AI yang cukup populer adalah versi Celine Dion menyanyikan lagu gospel berjudul *Heal Me Lord*, yang telah ditonton lebih dari satu juta kali di YouTube.
Fenomena lagu AI palsu ini menjadi perhatian banyak musisi. Gitaris Queen, Sir Brian May, termasuk di antara mereka yang mengecam penggunaan AI dalam industri musik. Ia juga mengkritik rencana pemerintah Inggris yang ingin mengubah undang-undang hak cipta, sehingga memungkinkan AI menggunakan karya seniman tanpa izin mereka kecuali mereka secara khusus memilih untuk menolak.
Dalam sebuah wawancara dengan media luar, Daily Mail, Brian May menyatakan kekhawatirannya bahwa perkembangan ini bisa merusak industri musik. Ia menilai bahwa pemilik perusahaan AI dan media sosial bertindak terlalu serakah dan arogan.
“Saya khawatir semuanya sudah terlambat. Pencurian ini telah terjadi dan sulit dihentikan,” ujarnya.
Dukungan terhadap kampanye menentang perubahan undang-undang AI semakin meluas. Lebih dari 1.000 musisi, termasuk Kate Bush, Damon Albarn, dan Annie Lennox, bahkan merilis album tanpa suara berjudul “Is This What We Want?” sebagai bentuk protes.
Dalam albumnya, mereka menyampaikan pesan kepada pemerintah Inggris agar tidak melegalkan penggunaan AI dalam menciptakan musik tanpa izin penciptanya.
Dengan maraknya penggunaan AI dalam industri musik, kekhawatiran seniman seperti Celine Dion dan Brian May semakin meningkat. Mereka berharap para penggemar dapat lebih waspada terhadap konten digital dan tetap mendukung karya-karya resmi yang diproduksi secara sah.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News