Menanggapi hal itu, sekelompok musisi menciptakan gerakan Sound of Borobudur sebagai langkah melestasikan nilai seni dalam Candi Borobudur. Gerakan ini digagas oleh penyanyi Trie Utami, musisi dan komposer Purwacaraka, serta gitaris Dewa Budjana.
"Kita menyebut Sound of Borobudur karena ini adalah bunyi yang kita tarik dari batu yang mungkin tidak bisa bicara, tapi menggambarkan itu semua," ucap Purwacaraka dalam Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Rabu, 10 November 2021.
Ia menambahkan temuan ini bisa saja menjadi klaim Indonesia atas orkestra yang lebih tua dari Eropa. Mengingat, peradaban Borobudur berkembang sejak abad ke tujuh Masehi. Alat musiknya pun berasal dari berbagai penjuru dunia.
Baca: Alat Musik yang Tersebar di 40 Negara Ada di Candi Borobudur
"Bahkan ada yang dari Afrika, ada tifa juga. Itu ditemukan di Maluku dan Irian. Padahal, Borobudur di Jawa. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, ada orang Borobudur yang menyebar atau Borobudur pusat berkumpulnya seniman dari berbagai tempat," imbuhnya.
Sound of Borobudur menyajikan pagelaran orkestra musik yang diiringi ratusan alat musik dari relief Candi Borobudur. Selain itu, gerakan ini juga mengadakan seminar dan lokakarya yang mengundang ahli sejarah, arkeolog, dan seniman internasional. (Mentari puspadini)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
